Kemenperin Gandeng Kementan Kembangkan IKM Tenun di Timor Tengah Selatan

Oleh : Hariyanto | Rabu, 14 Juni 2017 - 11:52 WIB

INDUSTRY.co.id , Jakarta - Kementerian Perindustrian bersama Kementerian Pertanian dan Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur telah sepakat untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kapas bagi pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) tenun.

Hal ini, lantaran selama ini industri tenun berperan sebagai salah satu penggerak perekonomian daerah dan nasional yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap devisa negara dan penyerapan tenaga kerja.

Komitmen tersebut tertuang dalam penandatanganan Nota Kesepahaman tentang Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Tenun Melalui Penyediaan Bahan Baku Serat Kapas di Kabupaten Timor Tengah Selatan yang dilakukan oleh Dirjen IKM Gati Wibawaningsih, Dirjen Perkebunan Kementan Bambang, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Kementan Fadjry Djufry, serta Bupati Timor Tengah Selatan Paulus Victor Rolland Mella.

“Kerja sama ini diharapkan dapat menjamin rantai pasok bahan baku kapas guna kebutuhan perajin IKM tenun di Provinsi Nusa Tenggata Timur, khususnya Kabupaten Timor Tengah Selatan,” kata Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih di Jakarta, Selasa (13/6/2017).

Gati menjelaskan, tindak lanjut dari Nota Kesepahaman tersebut adalah Perjanjian Kerjasama antar pihak. Sebagai langkah awal, telah dilakukan penanaman kapas di atas lahan seluas 13 hektare oleh Ditjen Perkebunan, Kementan di Kecamatan Mollo Barat dan sebelumnya pada Mei 2017 telah dibuat demplot oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Kementan di atas lahan seluas 3 hektare di kecamatan yang sama.

Selanjutnya, Ditjen IKM Kemenperin akan memberikan bantuan pendampingan desain dan peralatan mesin gining dan mesin tenun kepada sentra tenun di Kabupaten Timor Tengah Selatan yang merupakan tindak lanjut dari program pendampingan pada tahun 2016.

“Kementan siap menyiapkan bahan bakunya dan Kemenperin membantu beberapa mesin untuk memproduksi kapas. Nanti prosesnya itu disebutnya ginning, melepaskan serat-serat dari bijinya, setelah itu baru dipintal,” jelas Gati.

Menurutnya, pemberian mesin dengan anggaran sekitar Rp400 juta tersebut merupakan proyek percontohan. “Kalau ini berhasil, kami akan pasok ke seluruh Indonesia. Sementara ini, programnya dipusatkan di Kabupaten Timor Tengah Selatan yang fokusnya ada di 2 sentra, yakni di Kecamatan Boti dan Nasi,” ungkap Gati.

Kemenperin mencatat, saat ini terdapat 430 sentra tenun yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia termasuk di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hampir seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah penghasil tenun yang berada di 115 Sentra IKM dengan 3.506 perajin yang memiliki ciri khas masing-masing daerah. Umumnya bahan baku yang digunakan merupakan benang kapas yang diwarnai dengan pewarna tekstil dan pewarna alam.

Dalam memperkuat kualitas produk tenun, Ditjen IKM juga akan melakukan serangkaian pembinaan bagi IKM melalui fasilitas penguatan sumber daya manusia dengan kegiatan bimbingan teknis dan pendampingan. Selain itu, akan memberikan bantuan mesin dan peralatan, peningkatan kualitas produk dan pengembangan pasar, penguatan sentra, penguatan kemampuan Unit Pelayanan Teknis serta penumbuhan Wirausaha Baru.

“Kami berharap, produk tenun tidak hanya dipakai untuk adat saja tetapi juga untuk fesyen, produk kerajinan dan home décor,” ujar Gati.