Mengembangkan Potensi Desa Wisata Situ Rawa Binong, Hegarmukti, Cikarang

Oleh : Grace Amin | Rabu, 16 Maret 2022 - 16:28 WIB

INDUSTRY.co.id - Tak kenal maka tak sayang…Ya memang pepatah itu tepat untuk menggambarkan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh beberapa orang peneliti dari President University. Apakah terdapat potensi objek wisata yang bisa dikembangkan di wilayah Cikarang? Mungkin pertanyaan tersebut acapkali terlintas di benak kita saat membayangkan wilayah Cikarang yang lebih dikenal sebagai kawasan industry.

Tidak banyak orang yang mengetahui adanya suatu wilayah yang tampak asri dan berpotensi dikembangkan menjadi daerah wisata. Situ Rawa Binong, sebuah situ atau danau berlokasi di desa Hegarmukti, Cikarang, adalah suatu objek wisata nan asri di sekitar Kawasan industri Cikarang yang dapat dikelola dan dikembangkan. Selain disuguhi pemandangan Situ Rawa Binong, pengunjung juga dapat menikmati hasil kearifan local masyarakat di Desa Hegarmukti.

Pada tanggal 7 – 11  Maret 2022 lalu, tim peneliti dari President University yang diketuai Filda Rahmiati, PhD dan beranggotakan Dr. Ir. Yunita Ismail, M.Si. serta Grace Amin, M.Psi.,Psikolog melakukan kegiatan observasi, sosialisasi, dan feasibility study ke Desa Hegarmukti, Cikarang.

Program ini merupakan kegiatan hibah penelitian RISPRO dengan judul Pengembangan Desa Wisata Berkelanjutan Berbasis Komunitas untuk Penguatan Perekonomian Masyarakat di Desa Hegarmukti Kabupaten Bekasi. Dalam kegiatan penelitian ini, tim peneliti juga melibatkan Felix Goenadhi, S.Psi.,M.Par, dosen hospitality and tourism President University, serta Wayan Wardika, seorang Desa preneur atau penggerak desa wisata Taro, Bali.

Sebagai salah satu langkah pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi, tim peneliti mencoba menggali potensi pengembangan Desa Wisata Hegarmukti agar masyarakat local mampu mengoptimalkan kemampuan yang pada akhirnya membantu peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

Rangkaian kegiatan ini dimulai dengan kunjungan, observasi dan wawancara antara tim peneliti dengan masyarakat local. Beberapa orang warga asli yang berhasil ditemui menceritakan tentang kegiatan pengembangan sumber daya di Desa Hegarmukti selama ini. Tim peneliti juga mendapat informasi mengenai sejarah Situ Rawa Binong dari Bapak Ulung Endi Suryadi, M.Si, salah seorang tokoh adat yang juga berdinas di Dinas Kebudayaan Pemuda dan Olahraga.

Melalui hasil observasi dan wawancara ini, tim peneliti mendapat gambaran lebih lengkap mengenai sumber daya yang dapat dikembangkan dari Desa Hegarmukti.
Kegiatan penelitian ini kemudian dilanjutkan dengan keikutsertaan mahasiswa dari beberapa program studi seperti Environmental Engineering, Business Administration, dan Management yang turun ke lapangan dalam rangka feasibility study. Dengan didampingi tim peneliti, para mahasiswa belajar secara langsung melihat segala potensi di Desa Hegarmukti yang dapat dikembangkan menjadi produk wisata.

Melalui observasi langsung, wawancara serta brainstorming dengan metode permainan yang menyenangkan, mahasiswa – mahasiswa ini diajak untuk mengungkapkan semua ide proyeksi pengembangan jangka panjang mereka bagi Desa Hegarmukti. Ide kreatif dari sudut pandang para mahasiswa ini nantinya akan digunakan oleh tim peneliti sebagai luaran penelitian yang dapat disampaikan kepada pihak pemerintah daerah.

Pada kesempatan yang sama, tim peneliti juga mengundang, Ibu Wiwik, salah seorang penggerak UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) produk unggulan Desa Hegarmukti. Tim peneliti dan mahasiswa menikmati secara langsung produk makanan yang disajikan oleh Ibu Wiwik. Pertemuan santai ini juga diisi dengan paparan dari Ibu Wiwik mengenai beberapa produk unggulan seperti makanan tradisional, bir pletok (jamu untuk menghangatkan dan menyegarkan tubuh), serta produk makanan kemasan seperti keripik dari daun seledri dan kenikir yang telah dipasarkan hingga Singapura.

Dalam diskusi ini, beberapa mahasiswa juga sempat memberikan ide kreatif mereka yang bisa diimplementasikan untuk pengembangan produk makanan UMKM di Desa Hegarmukti. Beberapa usulan dari para mahasiswa pada akhirnya diterima dengan baik oleh Ibu Wiwik dan akan disampaikan kepada ibu – ibu lain di Desa Hegarmukti yang mengelola produk makanan ini.

Ternyata tidak hanya wisata alam dan produk unggulan berupa makanan tradisional yang dapat dinikmati di Desa Hegarmukti. Setelah menikmati sajian produk unggulan berupa makanan tradisional serta penjelasan singkat mengenai latar belakang Desa Hegarmukti, rangkaian kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan ke Sanggar Cahaya Gumelar. Setibanya di sana, tim peneliti dan mahasiswa disambut oleh Pak Asam Somantri, pemimpin Sanggar Cahaya Gumelar.

“Sanggar Cahaya Gumelar telah berdiri lebih dari 5 tahun dan menampilkan pertunjukan kesenian local dalam berbagai kegiatan seperti pesta hajat bumi, pernikahan maupun undangan lainnya” ujar Pak Asam.

Dengan dibantu oleh beberapa orang putra putri daerah, Pak Asam mengajarkan kesenian tari, musik gamelan serta wayang golek kepada warga local maupun beberapa pelajar dari institusi Pendidikan di sekitar Desa Hegarmukti yang ingin mempelajari kesenian tradisional. Kunjungan kali ini juga diisi dengan kesempatan untuk mempelajari secara singkat tarian serta alat music gamelan.

Walau dibatasi oleh waktu yang singkat, mahasiswa terlihat sangat antusias mempelajari alat music gamelan serta tarian tradisional. Setelah mendapat bimbingan dari tim pelatih Sanggar Cahaya Gumelar, mahasiswa President University mencoba untuk menunjukkan hasil belajar mereka. Dalam kesempatan ini, Pak Asam menyampaikan bahwa seni tradisional ini masih perlu dikenalkan secara lebih luas agar kecintaan terhadap budaya local semakin meningkat.

Besar harapan tim peneliti dari President University agar kegiatan penelitian ini dapat memberikan dampak positive bagi masyarakat maupun para mahasiswa. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan para mahasiswa dapat menikmati metode belajar yang berbeda dan masyarakat juga terbantu dengan usulan pengembangan dari pengunjung. Kegiatan penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan kecintaan dan kebanggan terhadap budaya local sehingga tergerak untuk mempertahankannya. Tak kenal maka tak sayang.
 

Oleh:  Grace Amin, M.Psi. Psikolog dan Dosen President University