Kiat Liwa Supriyanti, Dekarbonisasi Industri Baja untuk Kurangi Emisi Karbon

Oleh : kormen barus | Senin, 07 Maret 2022 - 13:54 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta-Untuk penggunaan energi berkelanjutan dibutuhkan visi yang mengusung ke arah tersebut. Liwa Supriyanti melihat adanya peluang terbuka dalam proses menuju dekarbonisasi pada industri baja dengan menggunakan energi dari sumber daya dan ketersediaan bahan baku yang terbarukan.

Definisi dekarbonisasi adalah mengurangi atau menghilangkan emisi karbon. Sedangkan keberlanjutan adalah keseimbangan antara lingkungan, pemerataan, dan ekonomi yang berdampak ramah lingkungan.

Dewasa ini energi berkelanjutan menjadi kebutuhan mendesak melihat dampak buruk perubahan iklim, ditambah dengan pandemi Covid 19. Selain itu, konsumen dan klien juga semakin memberi pertimbangan lebih pada produsen berkomitmen dengan energi ramah lingkungan.

Dikutip dari situs resminya, Liwa Supriyanti menyatakan, untuk melayani kliennya dengan holistik atau menyeluruh, perusahaan yang dia pimpin, Gunung Prisma melihat inovasi energi berkelanjutan sebagai agenda yang perlu mendapat dukungan segenap industri terkait.

“Kami berupaya memberikan produk berkualitas kepada semua klien sesuai permintaan mereka,” ujar pengusaha konstruksi yang telah berpengalaman selama 20 tahun dalam industri perdagangan baja itu.

Liwa Supriyanti melihat perlunya perumusan program dekarbonisasi yang komprehensif karena industri baja masih merupakan tulang punggung pembangunan infrastruktur sampai beberapa dekade ke depan.

Penelitian dan pengembangan green hydrogen dalam periode transisi diharapkan memberikan solusi pada penyediaan sumber energi terbarukan untuk industri dan transportasi berat. Dan pemanfaatannya dalam proses produksi baja.

Perempuan yang menjabat sebagai Direktur Gunung Prisma itu menyambut baik inovasi dan rekayasa teknologi sebagai upaya dekarbonisasi, diantaranya daur ulang bahan baku besi tua atau bekas. Disamping itu, kini terdapat inovasi baru yang sedang trend berupa digitalisasi industri yang mampu meningkatkan produktivitas dengan mengoptimalkan konsumsi energi, meminimalkan limbah, dan mengendalikan emisi.

Namun upaya tersebut butuh waktu karena teknologi ramah lingkungan masih dalam tahap percobaan dan biayanya masih tinggi. Energi ramah lingkungan dari industri baja sering disebut green steel, suatu metode produksi baja menggunakan hidrogen, menggantikan gas alam.

Idealnya, pemerintah memberikan dukungan atau insentif yang bisa mendorong penggunaan produk green steel untuk proyek pembangunan yang masif seperti saat ini. Permintaan pemerintah itu sendiri akan berguna bagi produsen untuk meningkatkan produksinya sembari menekan biaya produksi.

“Kami perlu memanfaatkan pengalaman kami secara aktif untuk memenuhi tuntutan konsumen dan klien guna menciptakan masa depan industri yang lebih ramah lingkungan,” kata Liwa Supriyanti.

Peran Serta Gunung Prisma

Perusahaan yang dipimpin Liwa, Gunung Prisma juga menyelaraskan dengan laju transformasi energi dan mengatasi tantangan yang kompleks.

Salah satu langkah nyata adalah keikutsertaan Gunung Prisma dalam pembangunan pembangkit listrik Pangkalan Susu, yang berlokasi di Langkat, Sumatera Utara, yang akan memberi dampak bola salju dan perkembangan baik untuk kehidupan ekonomi dan sosial setempat dan ikut mengatasi kekurangan suplai listrik.

Langkah efisensi Gunung Prisma adalah menghasilkan produksi paling banyak berupa berbagai jenis baja (holistik) dengan menggunakan sumber daya paling sedikit, baik itu dari segi tenaga kerja dan modal, maupun dari energi, serta emisi karbon.