Menperin Agus Percaya Diri Hilirisasi Tembaga Bakal Makin Prospektif, Ini Pemicunya...

Oleh : Ridwan | Minggu, 20 Februari 2022 - 09:15 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita optimis upaya hilirisasi tembaga akan semakin prospektif ke depannya seiring dengan adanya pengembangan sumber energi terbarukan, kendaraan listrik, dan solar panel. 

"Karena semuanya butuh tembaga," kata Menperin Agus usai Mendampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto melakukan groundberaking ekspansi pabrik PT Smelting di Gresik (19/2).

Lebih lanjut, ekspansi PT Smelting diharapkan dapat memenuhi kebutuhan produk di dalam negeri seperti katoda tembaga untuk industri kawat atau kabel (wire), batangan tembaga (rod bar), industri kimia, serta produk samping berupa asam sulfat untuk bahan baku pabrik pupuk serta copper slag dan gypsum sebagai bahan baku semen. Hal ini dinilai akan mendukung kebijakan substitusi impor.

"Hilirisasi industri ini menjadi penting dalam rangka menjamin ketersediaan bahan baku sumber daya alam dan peningkatan nilai tambah," tegas Agus. 

Sebagai ilustrasi, hilirisasi dari bijih tembaga menjadi kawat konduktor akan meningkatkan nilai tambah dari USD3.900 per MT menjadi USD8.000 per MT atau naik hingga dua kali lipat. 

Agus menambahkan, berkembangnya industri smelter di dalam negeri, memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan wilayah setempat yang berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. 

"Sebagai ilustrasi, kalau biasanya Kabupaten Konawe pertumbuhan ekonominya sekitar 5-6% sebelum ada investasi datang, selama dua tahun terakhir ini di wilayah tersebut pertumbuhannya sudah di angka belasan persen," ungkapnya. 

Efek positif yang luas dari aktivitas industri tersebut, bahkan mampu mengurangi angka kemiskinan. "Hal ini membuktikan adanya kemitraan yang saling menguntungkan antara industri dengan masyarakat guna membawa kemajuan bersama, termasuk tumbuhnya wirausaha di lingkungan pabrik serta dapat meningkatkan infrastruktur sosial yang dibutuhkan masyarakat," imbuh Menperin.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, kebijakan dari hilirisasi mineral membawa dampak positif terhadap penerimaan devisa dari ekspor. 

"Pada tahun kemarin, ekspor besi baja Indonesia mencapai USD20,8 miliar," sebutnya. 

Pendapatan itu naik hingga 20 kali lipat dibanding tahun sebelumnya, yang hanya ekspor bahan mentah nikel dengan pendapatan USD1 miliar. Besi baja merupakan turunan hasil olahan dari tambang nikel.

"Ekspor ini menjadi bagian yang berkontribusi menciptakan neraca dagang yang positif. Oleh karena itu, pemerintah berupaya bahwa kebijakan hilirisasi terus berjalan, dan tidak ada lagi hambatan untuk ekspor," tandasnya.