Elektrifikasi Pembangkit Listrik Jadi Isu Utama Pembuat kebijakan di Indonesia

Oleh : Ridwan | Rabu, 07 Juni 2017 - 15:17 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Kapasitas dan elektrifikasi pembangkit listrik merupakan isu utama bagi pembuat kebijakan di Indonesia. Sementara rasio elektrifikasi Indonesia mendekati 90 persen, sekitar 25 juta orang Indonesia masih tanpa akses terhadap listrik. Investasi besar dibutuhkan untuk memasok dan mendistribusikan tenaga yang dapat diandalkan untuk rumah tangga dan industri di seluruh negeri.

Saat ini, potensi batu bara di Indonesia terpusat di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batu bara walaupun dalam jumlah kecil, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi. Pada 2025, pemerintah mengharapkan batubara untuk memenuhi sekitar 30 persen kebutuhan energi utama Indonesia. Pada tahun 2050, batu bara diproyeksikan mencapai 25 persen bauran energi utama Indonesia.

Menanggapi permasalahan tersebut, Kedutaan Besar Denmark dan Kedutaan Besar Swedia di Jakarta, bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, sedang mendukung sebuah studi oleh International Institute for Sustainable Development (IISD) yang bertujuan untuk membandingkan biaya sebenarnya untuk menghasilkan listrik dari batubara dan energi terbarukan.

"Denmark dan Indonesia memiliki kemitraan energi yang luas yang bertujuan membantu Indonesia mencapai target ambisius di sektor energi," ungkap Duta Besar Denmark untuk Indonesia, Timor-Leste, Papua Nugini and ASEAN, Casper Klynge melalui keterangan resminya di Jakarta (7/6/2017).

Ia menambahkan, Studi ini dimaksudkan untuk memberi informasi yang seimbang kepada pengambil keputusan mengenai konsekuensi berbagai pilihan pembangkit energi. Biaya pembangkit listrik dari sumber yang berbeda, termasuk biaya eksternalitas, harus dipertanggungjawabkan sepenuhnya dan diperhitungkan dalam model ekonomi agar dapat mencapai biaya listrik sebenarnya.

Disisi lain, Staf Ahli Bidang Pengembangan Daya Saing Nasional Kemenko Perekonomian, Bambang Adi Winarso mengatakan bahwa sektor energi telah merencanakan untuk mulai mengalihkan perannya dari sektor-sektor yang memberikan pendapatan negara terbesar ke sektor ini yang memberi dukungan kepada sektor lain. Dukungan finansial terhadap sektor energi akan tetap penting untuk terus memberikan kontribusi dalam perekonomian.

"Dengan tujuan bersama ini, saya optimis bahwa kita dapat menetapkan kondisi yang tepat yang dibutuhkan, dan kita harus memperkuat tekad kita untuk bekerja sama mewujudkan hal ini," ujar Bambang.

Bambang berharap, hasil laporan IISD merupakan kontribusi untuk diskusi berkelanjutan mengenai masa depan energi untuk Indonesia.