Luar Biasa Jokowi! Usai Setop Ekspor Nikel, Kini Giliran CPO Bakal Dilarang Keluar RI 'Mentah-mentah'

Oleh : Candra Mata | Kamis, 21 Oktober 2021 - 16:15 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat meresmikan Pabrik Biodiesel PT Jhonlin Agro Raya di Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan, mengemukakan bahwa CPO (crude palm oil) / kelapa sawit Indonesia memiliki potensi yang sangat besar mencapai 52 juta ton CPO per tahunnya. 

"Ini sebuah jumlah yang sangat besar. Dan 40 persennya dari potensi yang ada itu dimiliki oleh para petani-petani kecil kita," ujar Presiden Jokowi seperti dikutip dari keterangannya pada Kamis (21/10/2021).

Oleh sebab itu, dengan potensi yang besar itu, Jokowi meminta agar Indonesia tidak boleh hanya berhenti di CPO-nya saja atau sebagai eksportir CPO saja. 

"Sudah berkali-kali saya sampaikan jangan sampai kita mengekspor raw material, jangan sampai kita mengekspor bahan mentah. Hilirisasi, industrialisasi harus dilakukan dan harus kita paksa untuk dilakukan," tegas Jokowi.

"Saya sangat menghargai apa yang telah dilakukan oleh PT Jhonlin Group membangun pabrik biodiesel. Artinya, ini mengindustrialisasikan CPO ke biodiesel," sambungnya.

Jokowi-pun berharap, nantinya ada perusahaan-perusahaan yang lain yang mulai menghilirisasikan, mengindustrialisasikan CPO-nya, baik menjadi minyak goreng, menjadi kosmetik atau menjadi barang setengah jadi, atau barang jadi lainnya. 

"Sekali lagi saya sangat menghargai apa yang telah dilakukan oleh PT Jhonlin Group dalam mengubah dari CPO menjadi Biodiesel 30 (B30). Ini akan memberikan sebuah nilai tambah yang besar, menciptakan produk-produk turunan dari CPO," tandasnya.

Tak hanya CPO, Jokowi menyatakan bahwa sebelumnya Ia juga sudah menyetop ekpor Nikel dan nengharuskan perusahaan membangun smelter di Indonesia.

"Nikel sudah kita setop, tidak boleh ekspor, sudah ada smelter, sudah ada pabrik untuk mengolah menjadi barang setengah jadi dan barang jadi yang kita harapkan nanti juga akan menjadi barang yang memiliki nilai tambah tinggi, yaitu menjadi lithium battery, baterai untuk mobil listrik," ujarnya.

"Tembaga saya juga sangat senang sekali baru saja seminggu yang lalu kita meresmikan smelter terbesar di dunia yang mengolah tembaga nantinya menjadi barang-barang jadi atau setengah jadi. Hari ini CPO menjadi biodiesel, ini terus-menerus akan kita dorong agar perusahaan-perusahaan di dalam negeri ini semuanya mengolah dari raw material, dari bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi," jelas Jokowi.

Sebelumnya, rencana untuk menghentikan ekspor minyak sawit mentah ini juga diutarakan Jokowi di Lemhanas.

“Di suatu titik nanti, setop yang namanya ekspor CPO. Harus jadi kosmetik, harus jadi mentega, harus jadi biodiesel, dan turunan lainnya," kata Jokowi kepada peserta Program PPRA LXII dan PPSA XXIII 2021 Lemhannas, Rabu (14/10/2021).

Selain itu, Jokowi juga menyatakan bahwa pilihan untuk memperkuat industri biodiesel ini merupakan pilihan yang sangat strategis ke depan. 

Dimana, pertama, menurutnya, industri biodoesel akan meningkatkan ketahanan energi Indonesia, kemudian juga menekan besarnya defisit neraca perdagangan akibat impor solar. 

"Artinya, kalau kita sudah bisa memproduksi sendiri biodiesel di sini untuk dijadikan campuran menjadi solar, impor kita juga akan turun drastis. Sehingga ini catatan saya, di tahun 2020 menghemat devisa sebesar Rp38 triliun, diperkirakan di tahun 2021 akan menghemat devisa Rp56 triliun," jelas Jokowi.

"Dan yang paling penting menciptakan lapangan pekerjaan yang banyak. Ini yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat itu, membangun smelter, membuka lapangan kerja, membangun pabrik biodiesel membuka lapangan pekerjaan. Sehingga kenapa saya mau datang ke sini? Alasan besarnya adalah kawasan ini, pabrik ini, perusahaan PT Jhonlin mampu membuka lapangan pekerjaan yang banyak," terangnya.

Lalu yang kedua, lanjut Jokowi ialah industri biodiesel ini bisa menjaga stabilisasi harga CPO. 

"Jangan sampai kita memiliki CPO, tapi yang menentukan harga adalah yang ada di pasar, tidak, kita mestinya bisa mengendalikan ini, dengan cara apa? Kalau pas ekspornya harganya baik, silakan ekspor, tapi kalau ndak kita pakai sendiri. Kita memiliki alternatif-alternatif dan opsi-opsi itu," tegasnya.

Menurutnya, dengan memastikan stabilitas demand dan permintaan pada para petani sawit akan memberikan efek pada kesejahteraan masyarakat secara luas. 

Kemudian yang ketiga, pengembangan biodiesel ini juga bertujuan agar energi Indonesia masuk pada energi baru terbarukan yang akan meningkatkan kualitas lingkungan melalui kontribusi pengurangan emisi gas rumah kaca. 

"Saya ingin menegaskan kita harus memegang teguh komitmen untuk meninggalkan energi fosil dan beralih ke energi baru terbarukan. Karena itu, produksi B30 ini, produksi biodiesel ini harus terus kita tingkatkan dan tahun 2021 ditargetkan kita mampu memproduksi dan menyalurkan 9,2 juta kiloliter," jelasnya.

"Dan saya minta nanti ini tahun depan juga bisa meningkat lebih tinggi lagi. Langkah-langkah strategis ini jelas membutuhkan komitmen dan dukungan dari kita semuanya, dari hulu sampai hilir. Di hulu ada industri sawit dan CPO, di tengah ada industri biodiesel, di hilir nanti ada industri pengguna biodiesel, baik itu industri transportasi, kemudian pembangkit listrik, dan industri-industri yang lainnya," pungkas Jokowi.