Setelah Standard & Poor's Anggap Indonesia Layak Investasi

Oleh : Arya Mandala | Senin, 29 Mei 2017 - 15:50 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor's (S&P) menaikkan sovereign credit rating Indonesia menjadi BBB-/A-3 dengan outlook stabil. Ini berarti Indonesia dianggap sebagai negara yang layak investasi (Investmeng Grade).

Kenaikan peringkat surat utang Indonesia dari level junk menjadi investment grade oleh S&P telah ditunggu lama oleh pelaku pasar portofolio. Ini melengkapi penilaian layak investasi Indonesia dari tiga lembaga rating terkemuka internasional.

Sebelumnya Fitch telah memberikan rating BBB- atau investment grade kepada Indonesia pada 21 Desember 2016. Sedangkan Moody's memberikan rating Baa3 atau investment grade untuk Indonesia pada 8 Februari 2017.

Hasil penilaian S&P tersebut diumumkan pada tanggal 19 Mei 2017. Dalam keterangannya S&P memandang bahwa risiko-risiko fiskal Indonesia telah menurun. Selain itu, pemerintah Indonesia juga dianggap sudah mengambil langkah dan pengukuran terkait belanja dan pendapatan (APBN) guna menstabilkan keuangan negara.

"Sebagai hasilnya, kami mengekspektasikan utang pemerintah akan stabil dan defisit anggaran akan turun secara gradual," kata S&P sebagaimana diukutip Bloomberg.

S&P menyatakan, outlook Indonesia dalam jangka panjang adalah stabil. S&P memandang risiko kenaikan maupun penurunan (upside and downside risks) terhadap rating yang diberikan cenderung seimbang. Selain itu, S&P juga menyatakan keyakinannya bahwa fokus pemerintah untuk membuat APBN lebih realistis bakal memberikan dampak positif.

Selain itu, upaya pemerintah untuk membuat APBN lebih realistis juga akan menurunkan risiko pelebaran defisit anggaran. S&P memperoyeksikan utang net akan berada pada level moderat, yakni di bawah 30 persen dari produk domestik bruto (PDB). Namun masih ada tantangan yang harus diantisipasi yakni pendapatan dari perpajakan.

Penilaian S&P tadi sontak membuat aktivitas perdagangan di pasar portofolio melonjak positif. Bahkan di Bursa Efek Indonesia, seluruh indeks sektoral terlihat bergerak di teritori positif saat pengumuman S&P dilansir.

Sementara indeks harga saham gabungan (IHSG) sendiri kembali menembus rekor tertinggi baru dalam sejarah berdirinya Pasar Modal Indonesia dengan kenaikan sebesar 146,4 poin atau 2,59 persen ke level 5.791,88, pada penutupan perdagangan, pekan lalu.

Sementara di pasar uang, posisi rupiah bergerak perkasa, ditutup menguat 0,23% atau 31 poin ke Rp13.325 per dolar AS setelah diperdagangkan pada kisaran Rp13.298 Rp13.420 per dolar AS. Mencermati kondisi tersebut Analis PT Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengingatkan investor untuk tetap realistis melakukan aksi beli.

Reza khawatir penguatan tajam pasar merupakan euforia sesaat dan hanya berlangsung sesaat."Sentimen S&P ini bisa dimanfaatkan sebagian pelaku pasar untuk profit taking karena harga saham mayoritas alami kenaikan, ujarnya.

Adapun Analis NH Korindo, Bima Setiaji punya pandangan berbeda. Menurutnya upgrade tersebut akan mendatangkan capital inflow lebih banyak terutama dari dana pensiun Jepang yang merupakan dana pensiun terbesar di dunia baik ke obligasi maupun ke pasar saham Indonesia.