82 Persen Komsumsi Baja Lapis Nasional Berasal dari Impor

Oleh : Ridwan | Selasa, 23 Mei 2017 - 14:20 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta- Tiga produsen baja lapis Alumunium dan Seng terbesar di Indonesia, PT. NS BlueScope Indonesia, PT. Saranacentral Bajatama Tbk, dan PT. Sunrise Steel hari ini secara resmi memperkenalkan inisiasinya dalam memajukan industri baja lapis Indonesia melalui Asosiasi Indonesian Zinc-Alumunium Steel Industry (IZASI).

IZASI yang dibentuk pada November 2012 ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan serta menetapkan standar baja lapis Indonesia agar dapat turut bersaing dengan produk baja lapis di pasar internasional.
 
Ketua Asosiasi Indonesian Zinc-Alumunium Steel Industry (IZASI), Simon Linge mengatakan, Saat ini, Industri baja merupakan salah satu industri strategis, terlihat dari peningkatan pertumbuhan industri baja pada 10 tahun terkahir. Tahun 2016, pernintaan baja lapis berkisar 1,3 juta ton, sedangkan untuk kapasitas baja anggota IZASI sekitar 860 ribu ton.

"Saat ini kapasitas anggota kami mampu mencukupi 80% kebutuhan pasar dan melihat permintaan pasar yang bertumbuh, kami siap untuk menambah investasi, akan tetapi diperlukan komitmen dari seluruh pihak; supplier, pemerintah, dan masyarakat untuk bisa mendukung pertumbuhan dan daya saing industri baja nasional, agar terus mampu bersaing dengan produk  impor," ungkap Simon Linge di Jakarta (23/5/2017).

IZASI yang merupakan industri antara Mid-Stream berkomitmen untuk terus memajukan industri baja lapis di Indonesia, baik dari sisi peningkatan kualitas produk dengan memastikan standard produk yang baik dan kapasitas yang mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri.
 
Menurut Simon, produk dari anggota IZASI yang dikenal dengan brand seperti ZINCALUM steel, Clean COLORBOND steel, Zinium, dan Saranalum, banyak digunakan sebagai bahan material untuk membuat dinding, penutup atap, dan rangka atap.


Di sisi lain, Ketua II IZASI yang juga merupakan Presiden Direktur PT Saranacentral Bajatama Tbk, Handaja Susanto mengungkapkan, Industri kami memberi nilai tambah terhadap hasil produksi dari industri hulu atau Produsen CRC, salah satu produk yang anggota IZASI hasilkan adalah baja lapis berwarna yang banyak digunakan sebagai aplikasi penutup atap.

"Dari data yang kami miliki menunjukkan bahwa pada tahun 2014, 67 persen komsumsi nasional baja lapis warna berasal dari impor, dan meningkat hingga 82 persen di tahun 2016. Hal ini menunjukkan bahwa impor telah memenuhi pasar dalam negeri," terangnya.
 
Merujuk data tersebut, IZASI berharap pemerintah dapat memberikan dukungan agar harmonisasi hulu ke hilir dapat terbangun dengan baik, sehingga produsen dalam negeri bisa lebih kompetitif bersaing di negeri sendiri.
 
"Sebagai asosiasi yang bergerak di industri baja lapis, sudah merupakan tugas kami untuk memberikan kontribusi dalam memperkuat industri baja lapis di Indonesia. Kami berharap, IZASI bersama-sama dengan pemerintah dapat mengedukasi masyarakat untuk mendukung produk lokal serta pentingnya baja lapis berkualitas sehingga produk Indonesia dapat menjadi pemimpin di pasar ASEAN," tutup Simon.