Waduh! 50 Persen Masyarakat Indonesia Terlibat Cyberbullying

Oleh : Chodijah Febriyani | Jumat, 23 Juli 2021 - 20:15 WIB

INDUSTRY.co.id - Sebanyak 50 persen masyarakat digital Indonesia terlibat cyberbullying. Sungguh sebuah perilaku yang sangat tidak etis karena dapat merusak mental seseorang. Media digital dianggap tempat untuk berkata kasar, mencaci-maki, dapat melakukan apapun seolah-olah di tempat lain bukankah manusia.

Cyberbullying ada banyak jenisnya seperti cyber harassment atau pelecehan secara terus menerus melalui jalur pribadi atau secara langsung. Flaming, pelecehan pada satu individu di forum publik, misalnya ketika netizen Indonesia menyerang akun media sosial aktris Korea, Han So He karena perannya sebagai pelakor.

"Padahal itu hanya sebuah drama semata. Aktris tersebut juga sudah membuat menjadi gerah karena banyak komentar di akun media sosialnya," ujar Muhammad Sahid, Dosen Komunikasi Universitas Alauddin Makassar dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, melalu siaran pers yang diterima Industry.co.id.

Masyarakat digital Indonesia tidak bisa membedakan antara dunia sesungguhnya dan kisah serial yang hanya sebuah cerita semata. Ketika sudah di dunia digital mereka jauh dari dunia nyata dan seolah-olah itu tidak nyata.

Jenis perundungan cyber lainnya seperti mengunggah Informasi pribadi untuk merusak reputasi korban, disebut outing. Biasanya korban merupakan tokoh terkenal yang ingin melakukan pemilihan. Cyberbullying ini dilakukan oleh lawan kemudian yang masih berhubungan dengan ini ialah menyebarkan rumor dan gosip untuk merusak reputasi korban atau disebut denigration.

Trickery berpura-pura bersahabat untuk menjalin kepercayaan korban namun ada juga yang malah dikucilkan dari aktivitas sosial secara online disebut exclusion. Cyberstalking membuntuti korban secara online.

Beberapa contoh kasus cyberbullying seperti terjadi pada salah satu akun lokal Sulawesi Selatan yang akhir-akhir ini viral karena penindakan pelanggaran PPKM dengan kekerasan. 

"Akhirnya fotonya disebarluaskan bukan tentang tindakan itu tapi dikomentarin dengan sangat jelek menyangkut fisik. Betapa kasarnya orang Indonesia. Sekarang pelakunya sudah mendapat menjalani proses hukum, dia tidak berhenti di-bully. Kasihan dia sudah dihukum, kalau memang dia salah netizen tidak perlu lagi menghakimi," ungkap anggota NXG Indonesia ini.

Dampak perundungan ialah merasakan kecemasan, ingin berhenti bermain media sosial, ingin sendiri jauh dari sosial. Bahkan menurut survei 26 persen korban ada keinginan mereka untuk bunuh diri akibat di-bully.

Sebelum berkomentar pastikan kita berpikir dulu sebelum melakukannya. Apakah itu benar? Kalau memang benar oke boleh. Tapi perhatikan lagi, apakah itu membantu? kalau memang tidak membantu jangan di-posting, jangan memberikan komentar kalau itu tidak membantu.

Ketiga apakah itu ilegal? kalau memang ilegal sudah pasti jangan bisa terjerat hukum apalagi di Indonesia ada UU ITE. Keempat, apakah itu perlu kalau memang perlu silakan itu dipublikasikan silahkan itu dikomentari. 

Sahid berpesan, waspadai calon perekrut pekerja di masa depan yang akan selalu memeriksa media sosial. Maka penting bagi kita untuk menjauhi komentar negatif. Hal buruk juga akan mempengaruhi psikologis menjadi manusia yang berpandangan negatif. Media sosial Anda akan menjadi catatan sejarah bagi kita dan anak cucu.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 - untuk Indonesia #8MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKomInfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (22/7/2021) juga menghadirkan pembicara Ismail Tajiri (RTIK Sukabumi), Wikranta Arsa (RTIK Bali), Khemal Andreas (NXG Indonesia) dan Deananda Ayuputri sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 - untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.