Goks! Pengusaha Ini Beli Jam Tangan Mewah Seharga Rp70 M Pada 2019, Kini Jadi Rp170 M! Tapi Barangnya Tak Kunjung Datang...

Oleh : Amazon Dalimunthe | Kamis, 10 Juni 2021 - 12:05 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Bisakah anda bayangkan sebuah jam tangan seharga 170 milyar rupiah? Mungkin sulit diterima akal jika ada jam tangan seharga ratusan milyar. Karena itu seharga sebuah pesawat jet pribadi. Namun kenyataannya jam seharga segitu ternyata ada. 

Bermula seorang pebisnis bernama Toni Sutrisno membeli jam merek Richard Mille di Mall Plaza Indonesia pada 2019 yang lalu.

Disepakati harganya adalah Rp.70 milyar untuk dua buah jam tangan super mahal tersebut. Toni Sutrisno membeli dua tipe masing-masing RM 56-02 Blue Sapphire Unique Piece dan RM 57-03 wg Black Sapphire Dragon.

Ternyata PT Royal Mandiri Internusa selaku agen tunggal penjualan jam mewah merek Richard Mille di Indonesia diduga melakukan tindak wanprestasi.

Karena tak kunjung menyerahkan dua buah jam tangan yang telah dibeli secara tunai itu. Sejumlah upaya sudah dilakukan oleh pembeli, termasuk datang dan menemui pengelola butik jam keluaran Swiss tersebut, namun semua tak memberi hasil sama sekali. 

"Klien kami membeli dua buah jam tersebut pada tahun 2019 dengan harga Rp70 miliar, namun hingga saat ini barang yang dimaksud tak kunjung datang," ujar Robert Simanjuntak, juru bicara Toni Sutrisno kepada wartawan di Jakarta, Kamis (10/6/2021).

Menurutnya, Richard Lee yang saat itu menjadi perwakilan Richard Mille Indonesia telah menerima uang pembelian dan sekaligus menyerahkan seluruh dokumen kelengkapan barang serta bukti terjadinya transaksi tersebut.

Toni yang juga adalah juga kolektor jam tersebut diminta  menunggu kedatangan jam yang disebut Richard masih berada di Singapura dan akan diserahkan begitu barang dimaksud tiba di Indonesia.

"Namun hingga hari ini, barang yang dibeli tersebut  tak pernah sampai ke tangan klien kami,"lanjut Robert.

Robert menambahkan, saat ini Richard Lee sudah tidak lagi menjabat sebagai wakil Richard Mille Indonesia.

Kedudukannya digantikan oleh Yullie, Finance & Account Manajer PT Royal Mandiri Internusa, pemilik dan pengelola butik atau toko penjualan Richard Mille di Indonesia.

"Bulan Mei lalu kami bertemu dengan Yullie dan  mempertanyakan solusi  masalah ini. Alih-alih menyelesaikan, dia malah menyuruh kami mengambil sendiri barang tersebut ke Singapura, tempat  Robert Lee berasal sekaligus pusat penjualan jam Richard Mille Asia," ungkapnya.

Tawaran itu dianggap tak masuk akal, selain karena adanya pembatasan aktiftas akibat pandemi Covid-19.

"hak klien kami adalah menerima barang di Jakarta, bukan dengan mengambilnya sendiri ke sana," ujarnya lagi.

Selain itu, kepada pihak Toni pernah juga ditawarkan penggantian dalam bentuk uang tunai sebesar Rp70 Miliar untuk penyelesaian masalah ini, namun ditolak karena saat ini untuk kedua barang tersebut, nilai jualnya sudah jauh lebih tinggi.

"Saat ini nilai kedua barang tersebut sudah mencapai Rp170 miliar, karena untuk kedua tipe tersebut sudah ada yang menawar sebesar itu," papar Robert.   

Robert berharap apa yang menjadi hak kliennya dapat dipenuhi oleh pihak Richard Mille.

"Dalam hal ini tentu saja klien kami dirugikan secara materil. Karena kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan jika seandainya jam tersebut diterima tepat waktu," pungkas Robert. ( AMZ)