Sri Mulyani Sebut RI Butuh Dana Rp3.461 T untuk Transformasi Ekonomi Hijau! Sumber Duitnya Dari Mana?

Oleh : Candra Mata | Sabtu, 06 Maret 2021 - 11:25 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengemukakan bahwaPerubahan iklim menjadi persoalan serius yang harus dihadapi seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. 

Isu ini berimbas bukan hanya bagi lingkungan saja, tetapi juga persoalan pembangunan yang berdampak pada sektor keuangan, ekonomi, pembiayaan dan sebagainya.

Menanggapi hal tersebut, menurut Sri Mulyani, Indonesia telah memasukkan aspek perubahan iklim ke dalam prioritas nasional keenam dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

RPJMN tersebut mengusung tiga program prioritas, yakni peningkatan kualitas lingkungan, peningkatan ketahanan bencana dan perubahan iklim, serta pembangunan rendah karbon.

Sementara untuk memenuhi komitmen dan target itu, diungkapkan Sri Mulyani, peran APBN menjadi sangat vital sebagai instrumen fiskal dalam mendorong proses transformasi ekonomi hijau tersebut.

Dimana berdasarkan Second Biennial Update Report (2nd BUR) tahun 2018, Indonesia diperkirakan membutuhkan pendanaan untuk pengendalian perubahan iklim sebesar Rp3.461 triliun hingga tahun 2030.

“Berarti per tahunnya saja setidaknya kita memerlukan Rp266,2 triliun. Dari hasil penandaan anggaran perubahan iklim atau Climate Budget Tagging (CBT) sejak 2016 sampai dengan 2020, APBN hanya dapat memenuhi sekitar Rp86,7 triliun per tahunnya atau 34 persen dari kebutuhan tersebut,” kata Sri Mulyani Indrawati dalam keterangan resminya seperti dikutip redaksi INDUSTRY.co.id pada Sabtu (6/3/2021).

Dijelaskannya lebih lanjut, sejatinya, anggaran perubahan iklim rata-rata mencapai 4,1 persen dari APBN.

Dimana selama lima tahun terakhir, 88,1 persen dari total anggaran perubahan iklim tersebut dibelanjakan dalam bentuk green infrastructure yang berfungsi sebagai roda penggerak perekonomian sekaligus modal utama transformasi ekonomi hijau di Indonesia. 

Namun demikian, Indonesia masih memiliki financial gap yang besar untuk memenuhi target kebutuhan pendanaan. 

Sehingga diperlukan dukungan pendanaan yang sangat besar untuk meningkatkan ketahanan iklim di Indonesia.

“Untuk membantu pendanaan perubahan iklim, pemerintah menerbitkan Green Sukuk pertama kali di pasar global tahun 2018 dengan total sebesar USD1,25 milyar dengan underlying berupa proyek-proyek hijau di kementerian /lembaga,” imbuh Sri Mulyani.

"Pengendalian perubahan iklim membutuhkan dukungan dan komitmen yang kuat. Kesungguhan dan keyakinan bersama untuk mampu melakukan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim menjadi kunci utama keberhasilan upaya global ini," tandansya.