Mirae Asset Sekuritas Prediksi Tiga Faktor Akan Ramaikan Transaksi Pasar Modal

Oleh : Wiyanto | Kamis, 04 Maret 2021 - 14:18 WIB

INDUSTRY.co.id-Jakarta-PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi nilai transaksi pasar saham pada Maret dapat lebih ramai dari Rp 15 triliun per hari pada bulan lalu karena ada tiga faktor yang membuat pasar lebih atraktif sehingga akan memancing minat investor pasar modal bertransaksi.

“Kami menilai pasar saham juga akan ramai pada Maret karena faktor data ekonomi dan kebijakan akomodatif yang diambil pemerintah, musim publikasi laporan keuangan 2020, dan aksi korporasi beberapa emiten,” ujar Roger MM, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas dalam konferensi pers virtual hari ini (4/3/21).

Pertama. Rilis data ekonomi Indonesia yang memperlihatkan minimnya perbaikan (PMI dan inflasi) disikapi dengan penerbitan kebijakan akomodatif pemerintah di beberapa industri. Beberapa kebijakan akomodatif tersebut adalah pemangkasan suku bunga acuan 7DRRR menjadi 3,5%, PPnBM 0% untuk mobil 1.500 cc, uang muka (DP) rumah 0%, dan pembebasan PPN rumah di bawah Rp 2 miliar guna mendorong pertumbuhan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini yang ditargetkan di 4.3%-5.3%.

Kedua. Secara musiman, bulan Maret menjadi musim publikasi laporan keuangan emiten bursa. Di tengah musim itu, Mirae Asset Sekuritas mencatat ada beberapa sektor yang diprediksi mencatatkan laba lebih baik secara tahunan maupun kuartalan.

Sektor tersebut adalah sektor bahan baku (seperti ANTM, INCO, TINS, dan MDKA), sektor barang konsumsi primer (seperti AALI, LSIP, SSMS, CPIN, JPFA, dan MAIN), sektor Energi (seperti ADRO, PTBA, ITMG, MEDC dan ENRG), dan sektor kesehatan (seperti MIKA, HEAL, KLBF, dan SIDO). Beberapa dari emiten tersebut di atas sudah merilis laporan keuangan tahun buku 2020 seperti AALI, LSIP, JPFA, ITMG, INCO, dan SIDO.

Ketiga. Musim publikasi laporan keuangan juga disusul oleh aksi korporasi beberapa emiten, termasuk RUPS, dividen, right issue, dan stock split. Untuk dividen, Roger mengatakan ada beberapa emiten yang diprediksi memberikan dividen per lembar saham dengan cukup tinggi, salah satunya PTBA.

Dari aksi right issue, sekurangnya ada empat emiten yang siap menggelar aksi penambahan modal tersebut yaitu FREN, CENT, ENRG, ARTO, dan SAME. Aksi korporasi lain yang rencananya digelar pada “bulan tiga” adalah stock split yang akan di lakukan oleh emiten ERAA.

“Sehingga, asal tidak ada aral melintang, ketiga faktor utama tersebut diprediksi akan membuat nilai transaksi bursa pada Maret dapat lebih ramai daripada Februari, yang rata-rata per harinya mencapai sekitar Rp 15 trilun,” kata Roger.

Selain itu, Simon Gunawan, Business Innovation Mirae Asset Sekuritas, menilai ramainya transaksi di pasar saham juga akan disumbangkan oleh perkembangan transaksi efek lain, salah satunya adalah reksa dana yang dapat ditransaksikan di bursa (exchange traded fund/ETF). Penilaian Simon itu didasari meroketnya pertumbuhan pasar ETF dalam 4 tahun terakhir, di mana jumlah produk tersebut meningkat lebih dari empat kali lipat dari 10 produk menjadi 45 produk pada akhir tahun lalu.

Saat ini, lanjutnya, Mirae Asset Sekuritas sudah menjadi diler partisipan (dealer participant) transaksi satu ETF yaitu RD Indeks Nusadana ETF IDX30 sehingga nasabah dapat bertransaksi ETF di pasar primer dan pasar sekunder. Di sekuritas lain, umumnya nasabah hanya dapat bertransaksi ETF di pasar sekunder saja. Pasar primer ETF sendiri adalah tempat ETF terbentuk (creation) dan tempat penjualan (redemption) unit ETF. Pasar sekunder ETF adalah pasar tempat mentransaksikan unit ETF yang sudah terbentuk layaknya saham di bursa saham pada umumnya.

Simon mengatakan keuntungan bertransaksi ETF adalah cocok untuk investor pemula, Investasi yang otomatis terdiversifikasi (reksa dana), tidak perlu modal besar, dapat berfungsi sebagai instrumen investasi jangka panjang maupun trading harian, pengelolaan yang transparan, dan insentif pajak pada transaksi jual di pasar sekunder. Dia mengatakan perusahaan memiliki target untuk dapat menjadi diler partisipan lima ETF lagi guna meningkatkan transaksi produk investasi pasar modal tersebut di Mirae Asset Sekuritas.

Tahun lalu, nilai transaksi Rp 410 triliun telah menjadikan Mirae Asset Sekuritas tersebut menjadi perusahaan efek terbesar dari sisi nilai transaksi saham di dalam negeri. Tahun lalu, angka itu meroket 97% dibanding 2019. Di awal tahun ini, nilai transaksi perusahaan sudah mencapai Rp 118 triliun sepanjang Januari, hampir dua kali lipat dari sekuritas pesaing terdekatnya senilai Rp 73 triliun.

Arisandhi Indrodwisatio, Direktur Mirae Asset Sekuritas,mengatakan saat ini perusahaan masih terus mendorong inovasi digital sebagai alat edukasi untuk melindungi publik dan nasabahnya dari akun-akun media sosial (medsos) yang menyerupai akun perusahaan tetapi berniat menipu nasabah. Dengan demikian, diharapkan nasabah dan publik akan semakin sadar digital sehingga semakin waspada terhadap akun-akun medsos, terutama yang bertujuan menipu.

Dia menegaskan bahwa Mirae Asset Sekuritas tidak pernah meminta pungutan biaya atau meminta nasabah dan calon nasabah mentransfer dana selain kepada rekening nasabah sendiri.

Untuk itu, Mirae Asset Sekuritas melakukan aksi-aksi preventif untuk meredam aksi penipuan serupa. Pertama, segera memverifikasi akun resmi jasa jejaring sosial (social networking service/SNS) perusahaan sehingga dapat lebih mudah dikenali oleh publik. Kedua, menertibkan dan melaporkan akun palsu ke provider medsos, salah satunya Instagram. Ketiga, memberi tautan akun resmi ke kontak perusahaan serta akun resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia.

Inovasi digital yang sudah dilakukan perusahaan seperti informasi dan rekomendasi yang disampaikan dalam beberapa format dari mulai website, kartun, media sosial, hingga video. Selain itu, Arisandhi juga menyarankan publik dan nasabah perusahan untuk mencari informasi di kantor cabang yang tersebar di 28 titik di seluruh Indonesia sebagai pendukung akuisisi, edukasi, dan transaksi nasabah.

“Kami sangat mendukung penyampaian informasi dalam berbagai media agar publik tidak hanya melek digital tetapi juga waras digital yang mampu membedakan informasi yang benar dan yang bertujuan menipu nasabah.”