Citibank N.A.Indonesia Membukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun di Semester Pertama 2020

Oleh : Herry Barus | Jumat, 14 Agustus 2020 - 06:00 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta- Pada semester pertama 2020, Citibank N.A., Indonesia (Citibank) melaporkan Laba Bersih sebesar Rp 1,4 Triliun.  Selama  periode  berjalan  Citibank  meningkatkan  cadangan  kerugian  kredit,  yang  mencerminkan penurunan outlookmakro  ekonomi  sebagai  akibat  pandemi  COVID-19. 

Namun  demikian  Citibank  tetap mencatatkan kinerja  yang  positif, termasuk  mencatatkan Return  on  Equitydan Return  on  Assetssebesar masing-masing 15,5% dan 4%.Di tengah ketidakpastian ekonomi, Citibank tetap memiliki tingkat kecukupan modal yang sangat baik dengan mencatatkan  rasio  Kewajiban  Penyediaan  Modal  Minimum(KPMM)sebesar  26%. 

Disamping  itu,  selama semester pertama 2020, jumlah Dana Pihak Ketiga meningkat sebesar 8,4% menjadi sebesar Rp 59 trilliun. Citibank tetap memiliki tingkat likuiditas yang sangat baik dengan Loan to Deposit Ratio(LDR) yang relatif stabil di angka 78,5% serta Liquidity Coverage Ratio(LCR) dan Net Stable Funding Ratio(NSFR) sebesar masing-masing 232% dan 132%.

Selain itu, Citibank juga terus menjaga kualitas kredit, dimana bank melaporkan NPL Gross dan Net masing-masing sebesar 2,5% dan 0,3%.

Chief  Executive  Officer  Citibank  N.A.,  Indonesia  Batara  Sianturimengatakan, “Ditengah  situasi  akibat pandemi  ini,  kami  berkomitmen  untuk  terus  menjaga  tingkat  likuiditas  perusahaan.  Saat  ini  neraca  kami memiliki  kapasitas  untuk  terus  melayani  serta  mendukung  kebutuhan  finansial  dari  para  nasabah  kami. Dengan  penekanan  yang  kuat  pada  manajemen  resiko  serta  keselamatan  dan  kesehatan  para  karyawan serta nasabah, kami siap dengan berbagai kemungkinan skenario yang akan terjadi serta berkomitmen untuk terus melayani dengan memegang prinsip kehati-hatian.”

Sementara itu di lini Institutional Banking lanjut Batara Sianturi, Kami terus membantu klien kami dalam menavigasi volatilitas di pasar serta dipilih sebagai mitra yang stabil dalam lingkungan ekonomi seperti saat inii. Dalam Markets and Securities Services, kami mendukung para klien yang kami miliki dengan memanfaatkan platform Citi Velocity dan kemampuan eksekusi secara elektronis. Dalam Treasury and Trade Solutionskami terus bekerja dengan klien kami untuk mempertahankan  operasi  mereka,  mengelola  rantai  pasokan  serta  mengoptimalkan  modal  kerja  dan likuiditas yang mereka miliki.Di Consumer  Banking,  Citibank  dan  Garuda  Indonesia  kembali  memperkuat  kerjasama  dalam  layanan Garuda Indonesia Citi Card (GICC), melalui penambahan manfaat serta fitur loyalty program dalam Garuda Indonesia   Citi   Card.  

“Di   tengah   keterbatasan   mobilitas   masyarakat   saat   ini,      Citibank   juga   turut mengkomunikasikan  penggunaan  kanal  digital  bagi  para  nasabah  guna  melakukan  transaksi  perbankan sehari-hari. Hal ini berkontribusi dalam pertumbuhan 76% dalam hal penggunaan Citi Mobile secara year-on-yearhingga Juli 2020.”

Citibank juga menggelar berbagai seminar Economic Outlookbagi para klien dan investor yang disampaikan oleh Citi Indonesia Chief Economist Helmi Arman.

Dalam paparannya beliau menjelaskan bahwa normalisasi aktivitas ekonomi terus berlanjut di kuartal 3. Sementara itu resiko terjadinya penarikan arus modal portofolio seperti  pada  kuartal  1  sudah  mengecil.  Sektor  perbankan  pun  diperkirakan  tetap  sehat  dan  siap  untuk mendukung pemulihan ekonomi setelah gelombang restrukturisasi diselesaikan.

“Pemulihan ekonomi akan dimulai  dengan  normalisasi  belanja  ritel  dan  bersifat  kebutuhan  sehari-hari.  Normalisasi  belanja  untuk barang-barang tahan lama yang bernilai besar akanmenyusul belakangan, seiring dengan pemulihan tingkat keyakinan konsumen dan membaiknya ketersediaan kredit”, jelas Helmi.Lebih lanjut, Helmi menuturkan bahwa permodalan perbankan akan terjaga dengan baik walaupun saat ini menghadapi gelombang restrukturisasi kredit. “Tentunya restrukturisasi kredit akan mempengaruhi kinerja dan profitabilitas perbankan dalam jangka pendek, namun permodalan tidak akan tergerus secara signifikan.  Rasio  modal  perbankan  cukup  tinggi  ketika  memasuki  masa  pandemi.  Perbankan  masih  akan  mampu mendukung perekonomian di masa pemulihan,” tutup Helmi.