Masuki Era Adaptasi Kebiasaan Baru, Menperin Agus Gumiwang Dorong Industri Terapkan 5R

Oleh : Ridwan | Jumat, 24 Juli 2020 - 12:10 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Perubahan tatanan terjadi pada hampir seluruh sendi kehidupan karena adanya pandemi Covid-19, termasuk pengaruh pada aktivitas sektor industri manufaktur. 

Guna menghadapi kondisi tersebut, pelaku industri perlu memperhatikan lima langkah strategis agar bisa menjalankan keberlangsungan usahanya.

Kelima langkah dimaksud dapat disebut sebagai 5R bagi industri. Langkah pertama, yaitu resolve atau menangani pandemi di lingkungan perusahaan, termasuk dengan melibatkan partisipasi karyawan dalam penerapan protokol kesehatan.

Kedua, resilience atau upaya memperkuat perusahaan sehingga dapat bertahan. Langkah ketiga, return atau kembali menjalankan aktivitas dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang penting bagi masing-masing perusahaan. 

"Ketiga langkah tesebut perlu diperkuat dengan dua langkah selanjutnya, yang menekankan pentingnya perubahan oleh perusahaan, yaitu re-imagination dan reform," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Jumat (24/7/2020).

Menperin menjelaskan, perusahaan perlu kembali memetakan bisnisnya berdasarkan kondisi baru yang dihadapi dan mereformasi model bisnis untuk mengambil peluang.

Misalnya dengan mempertimbangkan opsi-opsi peluang bisnis baru dan menerapkan metode baru dalam bekerja untuk mengakselerasi produktivitas dengan memanfaatkan teknologi terkini. 

"Dengan cara-cara tersebut, kami optimistis sektor industri akan mampu bertransformasi menuju era industri 4.0 atau mempercepat adaptasi untuk kebiasaan baru di tengah dampak pandemi," paparnya.

Menteri AGK menegaskan, industri manufaktur diproyeksi menjadi salah satu motor penggerak dalam transformasi ekonomi untuk bangkit setelah pandemi.

"Sejumlah langkah strategis disiapkan untuk terus memacu produktivitas serta daya saing sektor pengolahan, di antaranya adalah dengan mengoptimalkan potensi industri 4.0 untuk beradaptasi dengan situasi yang baru," tuturnya.  

Menperin pun mengungkapkan, dengan perubahan kondisi perekonomian yang tidak terhindarkan, industri manufaktur perlu mampu beradaptasi dan bertransformasi. 

Sementara itu, pemerintah telah mencanangkan percepatan penerapan teknologi industri 4.0 melalui implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0. Selain itu, terdapat program strategis lainnya seperti UMKM Go Digital, Low Touch Economy, serta reskilling dan upskilling dari Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia.

“Kebutuhan digitalisasi mutlak diperlukan dalam dunia industri, baik dalam hal manajemen, capacity building, quality testing, serta track and trace sistem logistik, termasuk otomatisasi dan perencanaan yang mampu bekerja sendiri, imbuhnya.

Seperti diketahui, pemerintah telah resmi meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0 pada tahun 2018 dengan visi besarnya menempatkan Indonesia dalam jajaran 10 besar ekonomi dunia di tahun 2030. 

Penerapan peta jalan ini secara langsung akan berdampak pada revitalisasi sektor manufaktur dan diharapkan akan meningkatkan kontribusi ekspor neto hingga mencapai 10% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Pada awal implementasinya, telah ditetapkan lima sektor prioritas dalam penerapan program Making Indonesia 4.0, yakni industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, serta elektronika.