PLN Kaji Ulang Proyek 35 Ribu MW

Oleh : kormen barus | Kamis, 23 Juli 2020 - 21:54 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta: PT PLN (Persero) bakal mengkaji ulang proyek pembangunan pembangkit listrik 35 gigawatt (GW) atau 35 ribu megawatt (MW). Pengerjaan proyek tersebut akan disesuaikan oleh permintaan listrik.

Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini, seperti melansir medcom.id, mengatakan sesuai Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019-2028, tambahan kapasitas 35 ribu MW plus carry over 7.000 MW dari program sebelumnya dijadwalkan selesai seluruhnya pada 2023. Namun dengan menyesuaikan kondisi pasokan dan permintaan, proyek 35 ribu MW direncanakan akan selesai pada 2025.

Zulkifli mengatakan sepanjang 2015-2019, PLN telah menyelesaikan pembangunan pembangkit listrik 14.793 MW, termasuk pembangunan transmisi sepanjang 20.615 kilometer sirkuit (kms) dan gardu induk 75.160 mega volt ampere (MVA).

"Sebagian dari program 35 ribu akan bertambah dengan selesainya tahun ini dan tahun depan, dan PLN akan melakukan peninjauan lebih mendalam menyesuaikan kondisi demand listrik yang mengalami penurunan signifikan akibat adanya pandemi covid-19," kata Zulkifli di Jakarta, Rabu, 17 Juni 2020.

Zulkifli mengatakan meskipun beban listrik mengalami penurunan signifikan, PLN berkomitmen untuk tetap melaksanakan upaya mengatasi penurunan tersebut setelah Pemerintah melonggarkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Oleh karena itu, PLN memetakan pelanggan besar khususnya dalam sistem Jawa-Madura-Bali dan sistem Sumatra yang secara total menyumbang 85 persen dari konsumsi listrik nasional.

Upaya itu dilakukan PLN untuk mengurangi kelebihan pasokan listrik yang potensi membuat beberapa pembangkit menjadi idle atau mangkrak. Oleh karena itu, PLN memerlukan dukungan dari Kementerian BUMN, BKPM, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian ESDM dari sisi eksekutif pemerintah dan dukungan dari DPR agar penurunan beban kelistrikan itu dapat ditangani sebaik-baiknya.

Selain memenuhi program pembangkit, PLN juga harus menghadapi tantangan yang tidak mudah seperti pembebasan lahan jalur transmisi terutama yang masuk kawasan hutan lindung. PLN juga harus menyelesaikan penolakan sebagian kelompok masyarakat kawasan yang lahannya terlewati oleh jalur transmisi.

Ia bilang pandemi covid-19 juga membuat aktivitas ekonomi terhenti yang mengakibatkan ketersediaan material jadi terhambat. Di sisi distribusi, PLN juga mengalami kendala geografis yang sulit mengingat PLN mendapatkan mandat untuk melistriki seluruh Indonesia. Banyak daerah yang tidak mudah dijangkau.

"Tantangan medan dan alam yang sulit di Indonesia timur mengakibatkan penyediaan listrik untuk sampai ke titik-titik akhir di mana rakyat Indonesia untuk tinggal menjadi sangat mahal, dari sisi pekerjaan di lapangan. Meskipun demikian, ini merupakan mandat yang diterima dari pemerintah, PLN berkomitmen untuk dapat menyelesaikan mandat tersebut dengan sebaik baiknya," tutur dia.

Lebih lanjut, tantangan lain yang tidak kalah berat adalah beban kelistrikan yang tersebar secara tidak merata. Wilayah Jabodetabek adalah wilayah dengan konsumsi listrik terbesar dibandingkan dengan wilayah lain di Jawa maupun lainnya. Sedangkan energi listriknya dalam hal ini, pasokan energinya didatangkan dari wilayah di luar Jabodetabek. Ia bilang beban kelistrikan itu, mengakibatkan adanya potensi losses kelistrikan yang berdampak pada kualitas dan keandalan sistem.

"PLN telah mengupayakankeseimbangan regional, pasokan daya pada wilayah yang bebannya sangat tinggi dapat dipasok dari pembangkit terdekat sehingga mengurangi risiko adanya gangguan yang bersifat sistemik maupun ketika dalam proses pendistribusiannya," pungkas Zulkifli. (Sumber medcom)