Walikota Risma 'Klaim' Kasus COVID-19 Turun, Gugus Tugas Jatim: Attack Rate Kembali Naik, Kota Surabaya Masih Belum Aman

Oleh : Candra Mata | Rabu, 24 Juni 2020 - 08:50 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Penurunan kasus COVID-19 yang terjadi di Surabaya merupakan hasil dari pengawasan protokol kesehatan yang ketat. 

Hal tersebut diungkapkan Wali kota Surabaya Tri Rismaharini dalam video confrencenya bersama Gugus Tugas Covid-19 Pemerintah kemarin Selasa (23/6). 

Risma menjelaskan bahwa di fasilitas umum pun tetap menerapkan protokol kesehatan. Salah satunya komunitas di pasar menerapkan seminimal mungkin adanya kontak antar pembeli dan penjual,

"Di pasar disiapkan protokol secara ketat, mulai cara pembayaran dengan menyiapkan tempat untuk menaruh uang pembayaran dan membuat tirai di antara pedagang dan pembeli. Kemudian diatur alur untuk pembeli melewati rute yang dilalui selama di pasar," jelas Risma.

Kemudian satuan tugas (satgas) memantau dan mengawasi aktivitas yang terdapat di ruang publik dan akan ada sanksi apabila terjadi pelanggaran terhadap kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah daerah setempat. 

"Pasar, mal, restoran dan fasilitas umum lainnya, ada satgas untuk terus mematuhi protokol kesehatan, jika terdapat satu kasus positif akan diberikan sanksi berupa pencabutan ijin atau ditutup sementara," ujar Risma.

Selain itu, adanya perubahan cara dalam melakukan rapid test massal. Semula, jika ada satu kasus di kampung maka akan dilakukan rapid test satu kampung. Sekarang dilakukan dengan lingkup lebih kecil lagi yaitu melakukan per komunitas.

"Dulu jika ada satu kasus di kampung maka akan dilakukan rapid test satu kampung. Sekarang dilakukan per komunitas, misalkan komunitas guru kita rapid semua, kemudian di sekitar rumah sakit, pedagang yang positif akan di rapid test termasuk masyarakat yang berada dalam lingkungan tempat mereka berdagang," kata Risma.

Sementara itu, rapid test dilakukan kepada seluruh warga yang berada di Surabaya, tidak terbatas hanya yang memiliki KTP Surabaya saja.

"Semua warga di Surabaya akan diperiksa ketika terdapat kasus positif di lingkungan tersebut dan akan dilakukan tracing. Hal ini diharapkan untuk mencegah penyebaran COVID-19 yang lebih luas lagi," ucap Risma.

Selain itu, Risma menegaskan bahwa fasilitas Rumah Sakit (RS) baik RS Lapangan atau RS yang berada di Surabaya masih cukup untuk menampung pasien COVID-19.

"Rumah Sakit Lapangan disiapkan 100 tempat tidur, semalam saya cek RS Lapangan untuk perempuan dari 40 tempat tidur yang disiapkan, terisi 35 dan untuk laki-laki dari 60 terisi 55 tempat tidur,” ujarnya.

Risma menambahkan bahwa fasilitas RS di Surabaya saat ini masih sangat cukup.

"Pemkot telah menyediakan 200 tempat tidur yang disiapkan untuk pasien COVID-19 namun belum pernah terisi," kata Risma.

Sementara itu, kasus Virus Corona atau Covid-19 di Jawa Timur mencapai 10.092 orang, pada Selasa (23/6/2020). Terbaru, kasus Covid-19 bertambah sebanyak 274 orang.

Penambahan kasus baru terbesar berasal dari Surabaya berjumlah 107 atau total menjadi 4.878 kasus.

Hal tersebut dikatakan Tim Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur Makhyan Jibril Al Farabi. Ia bahkan secara khusus mengingatkan Kota Surabaya bahwa attack rate Covid-19 kembali naik. 

Per Selasa, attack rate Kota Surabaya menyentuh angka 189,3.

Artinya dalam 100.000 penduduk Kota Surabaya ada 190 orang yang terkonfirmasi positif Covid-19.

Angka ini terus naik seiring dengan dilonggarkannya masa restriksi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Jibril mengatakan, angka ini naik secara signifikan. Tepat pekan lalu pada tanggal 16 Juni 2020, attack rate Kota Surabaya ada di angka 139,7.

"Yang harus kita sama-sama waspada adalah Kota Surabaya masih belum aman. Meski sudah tidak PSBB, masyarakat tidak bisa kemudian euforia dan sebebas-bebasnya tidak memperhatikan protokol kesehatan," ujar Jibril dikutip dari Surya, Selasa (23/6).