Donald Trump Minta Bantuan Xi Jinping Menangkan Pilpres di AS

Oleh : Candra Mata | Jumat, 19 Juni 2020 - 13:30 WIB

INDUSTRY.co.id - Beijing - Hubungan Presiden AS Donald Trump-Presiden China Xi Jinping yang memanas terkait virus Corona, sengketa laut china selatan membuatTrump mengambil sejumlah langkah pemutusan hubungan diplomasi dengan tiongkok serta berbagai aksi sentimen perdagangan dan tekanan ekonomi dan sosial lainnya.

Namun, baru-baru ini kabar mengejutkan da tang dari washington. Pihak Otoritas China menanggapi laporan yang menyebut Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meminta bantuan Presiden Xi Jinping untuk memenangkan pemilihan presiden (pilpres) November 2020.

Upaya Trump untuk minta bantuan Presiden Xi Jin Ping tersebut terungkap dalam kutipan buku karya mantan Penasihat Keamanan Nasional AS, John Bolton.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, memberikan tanggapan atas laporan tersebut. Ditegaskan oleh Zhao bahwa otoritas China tidak punya niat untuk mencampuri pilpres AS.

"China telah menegakkan prinsip non-intervensi dalam urusan internal negara-negara lain," ucap Zhao dalam pernyataannya Seperti dilansir media nasional China Global Television Network (CGTN), Jumat (19/6/2020). 

"Kami tidak punya niat dan tidak akan mencampuri urusan internal AS dan pemilihan presiden," tegasnya.

Adapun buku karya Bolton yang berjudul 'The Room Where It Happened' itu akan dirilis 23 Juni mendatang. Namun kutipannya dirilis terlebih dulu oleh media terkemuka AS, New York Times. 

Disebutkan dalam kutipan buku itu bahwa upaya Trump minta bantuan ke Presiden Xi disampaikan dalam pertemuan pada Juni tahun lalu.

"(Trump) Dengan menakjubkan mengalihkan pembicaraan ke pemilihan presiden AS, menyinggung kemampuan ekonomi China untuk mempengaruhi kampanye yang berlangsung, memohon kepada Xi untuk memastikan dia akan menang," demikian bunyi kutipan buku Bolton itu.

Dalam kutipan buku itu, Bolton juga menyebut bahwa Trump ingin China membeli produk-produk pertanian dari para petani AS.

Dalam wawancara dengan Wall Street Journal, Trump mengecam Bolton dengan menyebutnya 'pembohong'. 

Kemudian dalam wawancara dengan Fox News, Trump menyebut Bolton telah melanggar hukum dengan memasukkan materi yang sangat rahasia ke dalam bukunya. 

Pemerintahan Trump diketahui berusaha mencegah buku itu agar tidak terbit. Menurut Departemen Kehakiman, buku itu memuat 'informasi rahasia', namun Bolton menepisnya. (sumber CGTN, Detikcom)