Mee Too Is Not My Style

Oleh : Anab Afifi | Kamis, 11 Juni 2020 - 14:31 WIB

INDUSTRY.co.id - Jadilah peniru yang inovatif.  Itulah pelajaran yang saya peroleh dari Emtek. Perusahaan publik yang jumlah kantongnya banyak itu. 

Dua tahun lalu, kebetulan saya berkesempatan berdiskusi dengan salah satu pimpinan perusahaan itu.

Perusahaan yang semula berbisnis jual beli komputer ini, mengalami lompatan luar biasa. Kantong pemasukan Emtek sangat beragam. Tahun 2017, pendapatannya  Rp 7 triliun lebih.

Revenue sebesar itu diperoleh mulai dari penyiaran televisi, penyedia konten hiburan, teknologi konektivitas, hingga perusahaan digital dan e-commerce: Bukalapak dan DANA. 

DANA adalah aplikasi fintech terbaru subsidiary Alipay. Alipay sendiri adalah bagian dari grup usaha Alibaba, perusahaan e-commerce terbesar di dunia dari China.

Kantong utama Emtek saat ini adalah stasiun televisi Indosiar dan SCTV.  Indosiar di tangan Emtek berhasil mengukuhkan diri sebagai televisi terdepan dalam mengemas paket-paket hiburan. Diantaranya panggung musik dangdut. Padahal, sebelumnya dangdut tidak dilirik televisi swasta. 

Dulu, stasiun TPI lah pelopornya. Tetapi, TPI kemudian tenggelam. Maka, program dangdut Indosiar itu sejatinya mengekor TPI. Bedanya, Indosiar jauh lebih inovatif. 

Saya sering mendengar para motivator  mengajarkan cara sukses itu mudah: ATM. Singkatan dari amati, tiru, modifikasi. Begitu katanya mereka.

Memang, prinsip hidup manusia selalu begitu. Manusia berpikir dan bertindak, dipengaruhi oleh apa yang mereka lihat sehari-hari.

Namun, praktiknya tidaklah semudah itu. Meniru ya meniru. Tetapi, pada dasarnya manusia itu sama lainnya berbeda. Berbeda karena unsur DNA, karakter, sifat, dan sebagainya.

Menyadari hal inilah, maka rumus ATM itu, tidaklah sesederhana kita mengucapkannya. 

Acer, memberikan penjelasan faktual yang menarik. 

"Mee too is not my style", demikian pendiri dan CEO Acer, Stan Sih. Kisah itu saya baca dalam biografi Stan sih, tahun 2000. Dua puluh tahun lalu. Dengan judul persis kalimatnya itu.

Ia mengatakan, keberhasilannya membangun industri komputer karena tidak mee too. Tidak mengekor. 

Ketika orang lain melakukan hal yang dianggap penting, Stan tidak bilang "saya juga mau melakukan itu". Tidak asal meniru. 

Tetapi keberhasilan Acer diraih dengan mengeksplorasi keunikan, kekuatan, serta karakter. Tiga faktor yang melekat dalam diri manusia itulah, kemudian dipindahkan dalam visi perusahaan. 

Pada saat itu, industri komputer baik PC maupun lap top, kiblatnya adalah Amerika: IBM. Namun, Acer berhasil menciptakan warna baru. 

Filosofi ini penting. Perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak kita. Agar mereka tidak menjadi generasi yang gumunan. Gampang terheran-heran. 

Suka meniru. Bahkan, seperti bebek yang gampang diarahkan tanpa tahu akan ke mana sesungguynya.

Meniru ya meniru. Tapi mbok jangan asal. Tirulah polanya. Bukan bentuk dan warnanya. 

Kenali karakter dan keunikan yang Anda miliki. Cocok apa tidak bentuk dan warna itu dilekatkan pada diri Anda. 

Jangan asal copy and paste!

Sebab, Tuhan telah menganugerahkan penciptaan manusia dengan sangat sempurna. Fii ahsani taqwiim. 

Dan, kesempurnaan itu terdapat dalam perbedaan dan keunikannya. 

 

Oleh Anab Afifi, CEO Bostonprice Asia