Erick Thohir Geleng-geleng Kepala, Biaya Perawatan Pasien Covid-19 Bisa Tembus Rp215 Juta/Orang

Oleh : Ridwan | Sabtu, 30 Mei 2020 - 16:25 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, mengungkapkan perkiraan biaya perawatan untuk pasien yang terinfeksi virus corona atau Covid-19.

Dari pengakuan Erick Thohir, ternyata biaya perawatan tersebut tak murah. Untuk satu pasien positif Covid-19, biaya yang mesti dikeluarkan bervariasi.

Paling murah bisa sampai Rp105 juta. Adapun yang paling mahal biayanya mencapai Rp215 juta. Biaya pengobatan pasien Covid-19 tersebut harus ditanggung oleh pemerintah.

"Kalau kita lihat dari data-data, kena Covid itu per orang bisa Rp 105 juta. Kalau yang ada penyakit tambahan Rp 215 juta kalau enggak salah. Mahal banget," kata ErickThohir dalam diskusi virtual, (29/5/2020).

Oleh karena itu, Erick meminta kepada masyarakat untuk tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan selama menjalani situasi new normal.

Dirinya meyakini bila masyarakat bisa menjalani hidup disiplin, maka Indonesia bisa melalui masa pandemi Covid-19 dengan cepat.

Menurut Erick Thohir, masyarakat Indonesia akan menghadapi situasi tatanan hidup normal baru atau new normal dalam waktu yang lama.

Setidaknya, ia memprediksi berlangsung selama lima bulan. Sebab, selama belum ditemukannya vaksin Covid-19, masyarakat harus tetap hidup dengan situasi new normal.

Jika pun vaksin ditemukan, prosesnya pun takserta merta bisa cepat digunakan. Menurut dia, butuh waktu yang tak sebentar untukmenguji vaksin tersebut.

"Memang new normal harus kita hadapi cukup lama. Selama vaksinnya belum ditemukan, mohon maaf juga vaksinnya itu harus diproduksi, habis diproduksi harus didistribusi, abis itu baru disuntik. Itu makan waktu," ujar Erick

Kendati begitu, Erick meyakini Indonesia bisa melewati masa-masa sulit dalam menghadapi pandemi Covid-19. Sebab, Indonesia sudah terbukti mampu bangkit dari situasi sulit.

Ia mencontohkan dengan kasus krisis moneter yang terjadi pada 1998 silam. Ketika itu, kata dia, Indonesia disebut-sebut akan bubar, tapi ternyata tak jadi kenyataan.

"Saya yakin negara kita bisa keluar lah, sudah beberapa kali bangsa Indonesia membuktikan prediksi-prediksi dari negara lain salah," ucap Erick.

"Dibilang 1998 bubar dan ternyata enggak jadi kenyataan. Kalau kita terbuka, enggak enggak baperan, insyaallah kita ada jalannya," jelasnya.

Adapun untuk pelaksanaan new normal di semua BUMN, Erick menekankan tiga poin yakni jam kerja yang fleksibel, penekanan protokol kesehatan, dan akselerasi teknologi.

"Di BUMN saja kita lagi coba push supaya semua mengerti poin-poin ini," ujarnya.

Mantan bos klub sepak bola Inter Milan itu mengakui, tidak mudah untuk menerapkan protokol new normal dalam pelaksanaan perkantoran maupun industri.

Pasalnya, setiap perusahaan memiliki kriteria dan pendekatan yang berbeda dalam pengoperasiannya. "Ini kenapa kita mesti try and error," kata Erick.