Dompet Dhuafa : Swasembada Pangan Skala Keluarga Di Tengah Covid-19

Oleh : Krishna Anindyo | Selasa, 05 Mei 2020 - 09:01 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Di tengah pandemi Covid-19 seperti ini swasembada atau ketahanan pangan skala keluarga menjadi energi positif bagi ekonomi keluarga. Ketahanan pangan bisa diciptakan oleh sektor kecil di tengah masyarakat yaitu keluarga.

Seperti contohnya kita dapat menanam berbagai tanaman pangan seperti Kangkung, Bayam, Sawi dan lain sebagainya di pekarangan rumah. Tidak perlu membutuhkan area yang luas, sehingga bagi mereka yang tinggal di perkotaan pun dapat melakukannya dengan sistem polybag ataupun hidroponik.

“Ketergantungan kita terhadap impor pangan semakin lama semakin tinggi, ketika dunia menghadapi guncangan seperti ini maka perdangangan juga turun. Sehingga tingkat kebutuhan dan konsumsi di masyarakat juga menurun. Di sisi lain Petani-petani kelabakan, kami para petani mencoba langsung ke tingkat konsumen untuk memutus mata rantai perdagangan karena jalur industri pangan cukup riskan terlebih di tengah pandemi Covid-19. Beda lagi dengan swasembada atau ketahanan pangan di tingkat keluarga, memanfaatkan perkarangan itu oke saja, tapi jika ada gerakan masal ya kasian petani. Menjamin rantai pasok domestik ini juga harus ada tindakan dari pemerintah,” ujar Dwi Andrea Santosa selaku Guru Besar IPB di Pro 3 RRI, turut hadir pula Daniel Johan sebagai Wakil Ketua Komisi IV DPR. Senin (4/5/2020).

“Para petani di era muda, saya setuju saya pikir ketahanan pangan dulu, jika keluarga pangan tercukupi. Kita kerjasama dalam kemandirian keluarga. Semangat dan kepedulian kita untuk mandiri, nanti kita tata perdagangan," ujar Parni Hadi selaku Inisiator dan Ketua Pembina Yayasan Dompet Dhuafa.

“Pada swasembada atau ketahanan pangan, harus diperhatikan jenis tanaman pangan baik secara masa panen maupun tata cara pengelolaan, seperti lele, sayur mayur seperti kangkung, bayam, dan lain-lain,” lanjut Parni Hadi.

Namun menurut Dwi Andrea Santosa, bisa saja konsep itu urban agriculture, masyarakat perkotaan. Akan tetapi yang harus dipastikan pemerintah mengamankan jalur industri pangan.

"Sedulur tani, saya Parni Hadi teman anda. Tugas para intelektual, tolong anda berikan masukan dan solusi. Saya pikir kita harus terjun langsung. Saya mengajak orang yang sadar mulai kita menanam untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Mekanisme pasar punya sendiri, jadi rakyat kecil tidak mungkin diadu oleh capital,” pungkas Parni Hadi.