Selamat Bergabung ke Jaman Normal Baru

Oleh : Prof. Dr. Jony Oktavian Haryanto | Jumat, 10 April 2020 - 12:17 WIB

INDUSTRY.co.id - Sudah selama beberapa tahun belakangan kita sebetulnya hidup dalam Jaman Normal Baru (New Normal). Jaman ini ditandai setidak-tidaknya oleh beberapa hal.

Pertama, munculnya platform transportasi berbasis online, yang membuat orang malas ke rumah dan menggantungkan hidupnya kepada ojek online, baik untuk mengirim barang atau membeli sesuatu.

Kedua, masih disebabkan kemajuan teknologi, platform jual beli online juga telah merubah perilaku belanja seseorang.

Jika dulu membeli sesuatu harus ke toko atau supermarket, sekarang semua sudah berbasis daring dan tinggal dengan satu jari maka barang akan diantar sampai ke depan rumah kita.

Semua masih ditambah dengan cara pesannya yang kian praktis. Hanya beberapa kali klik dan semuanya beres. Thanks to technology.

Pada skala yang lebih luas, pandemi virus corona ini juga menciptakan ketidakpastian baru.

Ketidakpastian semacam ini, dalam banyak bidang, seperti ekonomi, bisnis, dan politik, adalah pertanda masuknya kita ke jaman normal baru.

Virus yang belum pernah terdengar sebelumnya tahu-tahu telah menghantam tatanan global, bahkan Negara besar seperti Amerika, Inggris, Italia, dan Spanyol juga kelihatan kedodoran menghadapi virus corona ini.

Jangan dikata, Negara berkembang seperti Ekuador, Iran, dan masih banyak lagi yang sampai menggunakan kardus sebagai pengganti peti mati.

Faktor Penggerak Perubahan

Berbagai pertanda itulah yang merupakan awal dari jaman Normal Baru.

Penyebab terutama adalah, yakni menurunnya kinerja ekonomi dunia, entah karena perang dagang ataupun munculnya virus baru serta peran teknologi, terutama teknologi yang berbasis teknologi informasi.

Merosotnya kinerja ekonomi dunia dipicu oleh melemahnya pertumbuhan ekonomi China.

Ketika virus Corona pertama kali muncul di Wuhan kemudian di Hubei, maka China dengan cepat dan tegas menerapkan kebijakan lockdown total.

Sebagai akibatnya perekonomian China terkontraksi dan akibatnya langsung dirasakan ke seluruh dunia. China adalah kekuatan ekonomi ke-2 terbesar di dunia, setelah Amerika Serikat (AS). 

Sudah sejak beberapa tahun belakangan pertumbuhan ekonomi China turun dari semula mencapai dua digit menjadi tinggal satu digit.

Ini semua masih ditambah melemahnya pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat, dan sejumlah negara Eropa yang mencatatkan pertumbuhan ekonomi minus bahkan masuk kategori resesi.

Ketika krisis ini berlanjut, maka imbasnya langsung dirasakan seluruh dunia, yaitu menurunnya permintaan global, termasuk permintaan akan sejumlah komoditi, seperti minyak, batubara, serta kelapa sawit dan karet.

Lalu, yang tak kalah penting adalah perkembangan teknologi digital yang semakin masif dan tak terbendung lagi, seperti Eric Yuan (pendiri Zoom), Wiliam Tanuwijaya (Tokopedia), dan juga termasuk Tani Hub yang didirikan oleh William Setiawan, dkk. Para anak muda ini dengan teknologi terkini telah mengubah lanskap bisnis. 

Kini, masyarakat bisa berinteraksi langsung dengan produsen, tanpa perantara. Dahulu masyarakat begitu bangga dengan kepemilikan pribadi namun kini telah berganti ke jaman sharing.

Bisnis saat ini bukan lagi mandiri dengan modal yang besar namun hanya mempertemukan produsen dan konsumen melalui platform yang ada dan semuanya menjadi win-win-win.

Produsen bisa menjual dengan harga tinggi, pembeli membeli dengan harga murah karena tidak ada perantara, dan pemilik platform mendapatkan keuntungan dari komisi ataupun potongan yang diperoleh.

Zona Nyaman

Apa implikasinya? Dari sisi makro, kita harus menerima kenyataan baru bahwa tidak mudah untuk menggenjot tingkat pertumbuhan ekonomi menjadi 5%-6%.

Jangankan 5%, bahkan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi masih positif pada tingkat 2.3% saja butuh upaya yang habis-habisan. Tidak menutup kemungkinan skenario terburuk seperti yang diungkapkan oleh banyak pengamat ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi kita tahun 2020 ini bisa minus.

Rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi tentu berimbas ke mana-mana. Bisnis menjadi semakin sulit. Cobalah tanya ke eksekutif yang menangani urusan sales & marketing tentang betapa sulitnya menggenjot penjualan dan meningkatkan pangsa pasar.

Pengusaha sudah banyak yang menjerit bahwa mereka hanya kuat bertahan sampai Bulan Juni saja. Bahkan THR pun belum tentu dapat dibayarkan.

Pesaing hadir di mana-mana dan dalam wajud yang tidak disangka-sangka. Siapa sangka pesaing bisnis taksi justru perusahaan aplikasi, seperti Go Car atau Grab Car.

Maka, Jaman Normal Baru membuat kita tak bisa lagi mengelola bisnis dengan cara-cara lama. Kita harus lincah dan gesit menghadapi perubahan ini.

Kita harus berani membongkar zona nyaman kita. Bahkan kita harus berani meninggalkan bisnis-bisnis lama dan masuk ke bisnis-bisnis baru.

Anda gamang? Pasti. Takut? Pasti. Itu kenyataan yang harus kita hadapi. Harus, karena kita tak punya pilihan untuk menghindar.

Selamat datang di Jaman Normal Baru!

Penulis adalah Prof. Dr. Jony Oktavian Haryanto, Rektor President University