Pakar Digital Ini Sebut Pusat Data Terintegrasi Jadi Solusi Penanganan Corona

Oleh : Candra Mata | Rabu, 08 April 2020 - 13:12 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Penyebaran Virus Covid-19 yang saat ini sudah menjangkiti banyak negara, mengganggu aktivitas masyarakat dan memunculkan banyak spekulasi memang tidak dapat dihindari. 

Pemerintah, kementerian/lembaga, dan institusi pendidikan serta masyarakat berusaha untuk menahan dan mencegah penyebaran virus ini menjadi lebih masif dan berimplikasi luas.

Teknologi informasi dan komunikasi dalam hal ini data yang bersumber dari sumber terpercaya (valid), media sosial, dan portal berita juga memberikan informasi yang cukup banyak dan luas mengenai virus Covid-19.

Melihat hal ini, Pakar Digital Anthony Leong mengatakan, untuk mengambil keputusan penting perlu data valid dengan berbagai pemodelan statistik yang dilakukan. Salah satunya adalah dengan pendekatan big data dan artificial intelligence.

"Perlunya data Covid-19 yang mendekati real, bagaimana bisa mengambil keputusan yang tepat kalau data saja jauh dari angka sebenarnya. Pemodelan big data, artificial intelligence (AI), atau crowdsourcing bisa berperan untuk data Covid-19 ini. Intinya data yang terintegrasi jadi solusi penanganan corona," ujar Anthony kepada Industry.co.id Rabu (8/4).

Menurutnya, hal tesebut ditujukan untuk memberikan informasi yang baik, edukatif, dan berbasis fakta data ketika melihat virus Covid-19 dari hari ke hari. Anthony berharap, dengan informasi yang baik, masyarakat dan stakeholder mendapatkan informasi yang proporsinya pas agar mengambil langkah-langah penting baik untuk pencegahan dan kewaspadaan ke depan. Ia mengapresiasi Kementerian BUMN dan Kemenkominfo yang sudah meluncurkan aplikasi "PeduliLindungi" untuk melacak penyebaran Corona.

"Kebijakan harus based on data, bukan feeling. Kementerian BUMN sudah sangat sigap  menghadapi pandemi ini. Jika memang mau dipakai aplikasi buatan dalam negeri seperti aplikasi yang diluncurkan "PeduliLindungi". Ini harus dimaksimalkan agar data yang gugus tugas bisa lebih komprehensif. Aplikasi seperti ini efektif dilakukan di negara lain salah satunya Singapura yang bernama TraceTogether nantinya database nya bisa disinkronkan ke gugus tugas," tutur Anthony yang juga Fungsionaris BPP HIPMI itu,

CEO Menara Digital Enterprise itu juga menyebut beberapa kementerian cukup diapresiasi di jagat media sosial. Seperti Kementerian BUMN, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM RI), mendapat sentimen positif cukup baik.

"Jika dilihat Pak Menteri BUMN Erick Thohir sangat sigap mengakselerasikan. Itu diapresiasi dan mendapat sentimen positif di media sosial. BKPM RI juga hadir dalam membantu perizinan alat kesehatan dan Pak Kepala BKPM Bahlil Lahadalia juga langsung turun meninjau ke beberapa pabrik, dan beberapa kementerian juga diapresiasi," ujar Anthony.

Di sisi lain, Lembaga Institute for Development of Economics and Finance melakukan riset big data Covid-19. Riset ini untuk monitoring program, kebijakan, dan tindakan Pemerintah dalam penanganan Pandemi Covid-19. 

Metodologi riset dengan pengumpulan data dan analisis sosial media pada opini publik terhadap langkah Pemerintah. 

Intensitas percakapan tentang Covid-19 ini memang cukup tinggi hanya dalam 2-3 minggu. Dari 145 ribu percakapan tersebut, mayoritas membicarakan lockdown (38 persen), di rumah saja (12 persen), koordinasi presiden dan menkes blepotan (9 persen), jangan panik (8 persen), dan seterusnya. Anthony menyebut komunikasi antar kementerian perlu diubah agar mendapat kepercayaan publik. 

"Ini yang harus dibenahi agar kepercayaan publik bisa didapatkan sehingga tidak ada resistensi dan ada kekompakan untuk melawan wabah pandemi ini," tutup Anthony.