Cash is the King

Oleh : Prof. Dr. Jony Oktavian Haryanto | Rabu, 08 April 2020 - 12:10 WIB

INDUSTRY.co.id - Ungkapan ini menjadi semakin terkenal ketika Virus Covid 19 menghantam perekonomian kita dan perekonomian global. 

Berbahagialah mereka yang memiliki cash atau dana segar karena ini adalah kesempatan untuk menengguk keuntungan. 

Sejak awal ketika virus corona ini belum melanda Indonesia, beberapa teman pengusaha sudah berbisik-bisik ke saya, ayo cepetan beli barang yang berbasiskan Dolar karena begitu corona sampai ke Indonesia, maka hampir dipastikan harga dolar meningkat. 

Beberapa teman yang mendengar hal itu, sambil bercanda berkata, ah Indonesia aman karena imun kita kuat terbiasa makan gorengan dicampur plastik. 

Namun sebenarnya memang hanya tinggal tunggu waktu saja untuk virus corona itu sampai ke Indonesia. 

Beberapa teman yang tahu statistik dan belajar dari pengalaman krisis 2008 dan 1998 segera membeli dolar dan emas, dan kemudian kita tahu bahwa keduanya telah menyentuh rekor tertingginya. 

Namun demikian, banyak juga yang tahu bahwa pasti dolar dan emas akan naik, namun karena tidak punya dana segar mereka hanya bisa gigit jari saja.

Pada level Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), banyak pengusaha atau pedagang yang jauh-jauh hari telah membeli barang karena mereka tahu setiap ada krisis pasti harga akan naik, entah karena intuisi ataupun karena dengan mudahnya berbagi informasi melalui media sosial.

Baiklah, itu sudah cerita masa lalu, karena saat ini toh harga emas dan dolar telah naik dan mungkin agak terlambat jika berinvestasi saat ini. 

Meskipun sebenarnya belum tentu juga karena banyak pengamat yang meramalkan bahwa harga dolar ada kemungkinan tembus sampai dua puluh ribu per dolar dan emas juga masih akan terus meningkat harganya jika pandemi ini tidak segera dapat diatasi. 

Beberapa analisis bahkan meramalkan harga emas bisa mencapai US$ 1,900 per troy ounce. 

Kita sekarang beralih ke saat ini saja, dimana cash is (still) the king. 

Laporan yang kami terima, di daerah, misalnya toko mebel di Jawa Tengah yang saat ini dapat tawaran barang murah dari para pengrajin mebel yang kesulitan menjual produknya karena dimana-mana saat ini penjualan sedang sepi. 

Namun syaratnya adalah pembelian itu harus kontan keras dan tidak menerima Bilyet Giro atau Cek  mundur karena saat ini para pengrajin mebel itu sangat membutuhkan dana segar. 

Menjelang lebaran, biasanya sudah susah mendapatkan barang dan kalaupun ada, harganya mahal, namun karena ketakutan maka banyak toko yang tidak berani membeli dan lebih memilih mengambil sikap wait and see. 

Akibatnya, banyak pengrajin mebel yang banting harga supaya mendapatkan dana untuk membayar biaya operasional. 

Contoh lain dari penjual sepeda motor bekas yang saat ini bisa membeli dengan harga sangat murah karena banyaknya masyarakat yang menjual sepeda motornya dengan harga murah. 

Tentu ada pertanyaan, apakah tidak takut kalau harga ke depan semakin turun? Penjual tersebut dengan bijak menjawab namanya bisnis juga pasti ada resiko, namun sampai kapan mau turun terus? 

Toh akhirnya masyarakat tetap membutuhkan sepeda motor jadi badai pasti berlalu dan suatu saat harga akan meningkat.

Di bidang properti, banyak sekali rumah atau tanah yang dijual dengan harga murah karena penjualan sepi dan banyak yang membutuhkan dana, baik untuk keperluan pribadi ataupun perusahaan. 

Sekali lagi, jika anda punya dana segar maka kesempatan untuk membeli properti dengan harga terbaiknya saat ini. 

Bagaimana dengan pasar keuangan? Jawabannya sama saja, yaitu cash is the king. 

Saat ini Indeks Harga Saham Gabungan di kisaran 4,000, bandingkan dengan kondisi normal, yaitu di kisaran 6,000 lebih. 

Jika punya dana segar, tentu saat ini merupakan saat yang tepat untuk membeli saham yang suatu saat jika situasi sudah reda akan rebound kembali. 

Lalu apa implikasinya? 

Untuk pengusaha, maupun masyarakat, penting untuk memiliki dana segar. 

Dalam situasi normal, harus selalu berhemat dan menabung dalam tabungan yang likuid, seperti dolar atau emas ataupun rupiah sehingga ketika terjadi krisis dengan cepat kita akan menjadi raja. 

Demikian juga untuk generasi milenial perlu dari awal berhemat dan mengurangi pembelian yang kurang perlu, seperti pembelian kopi ataupun nonton bioskop dan tabunglah uang anda sehingga suatu saat, entah kapan, ketika terjadi krisis anda yang mampu melihat peluang dan memiliki dana segar akan menjadi raja.

Penulis adalah Prof. Dr. Jony Oktavian Haryanto, Rektor President University