Covid-19, Harga Saham Anjlok: Akankah Generasi Milenial Berinvestasi?

Oleh : Dr. Ir. Farida Komalasari, M.Si | Senin, 06 April 2020 - 09:08 WIB

INDUSTRY.co.id - Pandemi Covid-19 telah membuat harga saham di berbagai negara anjlok.  

Banyak pihak memperkirakan bahwa anjloknya harga saham ini hanya bersifat sementara karena secara perlahan kondisi ini akan membaik, meski tak satu pun bisa memastikan kapan akan terjadi.  

Bisa segera membaik dalam jangka pendek (kurang dari satu tahun), dan sangat mungkin dalam jangka panjang (lebh dari satu tahun).  

Bagi investor jangka panjang, saat ini adalah waktu yang tepat untuk membeli saham dari emiten-emiten yang memiliki prospek bagus, sehingga pada masanya nanti mereka akan mendapatkan return yang berlipat.  

Siapakah investor jangka panjang tersebut?  

Salah satunya adalah mereka yang saat ini berada pada usia produktif.  

Bisa jadi mereka adalah generasi milenial, yaitu generasi yang lahir pada tahun 1980-2000, yang saat ini berusia antara 20-40 tahun.  

Generasi ini dikenal sebagai generasi yang ‘no gadget no life’, senang melakukan transaksi non-cash, senang dengan yang serba cepat dan instan, dan multitasking (idntimes.com).  

Untuk membantu mereka berinvestasi, telah tersedia aplikasi-aplikasi investasi yang dapat diakses dengan menggunakan gadget, pembayaran non-cah, cepat,  serta transaksinya dapat dilakukan diman saja dan kapan saja.  

Aplikasi tersebut sangat cocok untuk generasi milenial dengan karakteristik sebagaimana telah disebutkan di atas.

Apakah generasi milenial akan menggunakan aplikasi tersebut untuk berinvestasi?  

Jika dilihat hasil penelitian yang dilakukan oleh Utomo, Lubis, Sudradjat, Utomo & Nasrillah (2019), generasi milenial hanya mengalokasikan 2% uangnya untuk berinvestasi.  

Angka ini jauh di bawah pengeluaran untuk internet (6,8%) dan hiburan/rekreasi (8%).  

Aplikasi keuangan lebih banyak digunakannya untuk berbelanja dengan sistem cash-less, termasuk belanja untuk kebutuhan sehari-hari.

Lalu bagaimana niat investasi para  milenial tersebut di tengah anjoknya harga saham yang bersifat sementara sebagai akibat pandemi Covid-19?  

Akankah para milenial berniat untuk berinvestasi dalam jangka panjang dengan memanfaatkan aplikasi investasi? 

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Raut, Das dan Kumar (2018) menunjukkan bahwa niat seseorang (intention) untuk berinvestasi melalui pasar modal dipengaruhi secara signifikan oleh sikap (attitude) terhadap investasi.  

Niat berinvestasi diukur dengan seberapa besar keinginannya untuk berinvestasi di pasar modal, keinginannya mengajak keluarga atau teman untuk berinvestasi, dan niatnya untuk berinvestasi dalam waktu dekat.  

Sedangkan sikap seseorang terhadap investasi melalui pasar modal diantaranya diukur dengan pernyataan apakah berinvestasi di pasar modal merupakan ide yang baik, langkah yang bijaksana, dan menyenangkan.

Sebuah penelitian lain yang dilakukan oleh Walla & Komalasari (2020) terhadap generasi milenial di Jabodetabek, menyebutkan bahwa terdapat enam faktor yang memengaruhi niat para milenial berinvestasi melalui pasar modal dengan menggunakan aplikasi.  

Keenam faktor tersebut adalah sikap (attitude), pengendalian diri (perceived behavioral control), pengetahuan tentang investasi  (investment knowledge), norma lingkungan (subjective norm), compatibility, dan kemanfaatan aplikasi (usefulness).  

Semakin positif sikap seseorang terhadap investasi, semakin baik pengendalian diri seseorang, dan semakin banyak pengetahuan seseorang terhadap investasi akan semakin tinggi niat seseorang untuk berinvestasi.  

Terkait penggunaan aplikasi dalam berinvestasi, penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak orang di sekitarnya yang menggunakan aplikasi untuk berinvestasi, semakin tinggi niat generasi milenial untuk berinvestasi. 

Semakin kompatible aplikasi investasi yang tersedia, semakin tinggi niat generasi milenial untuk berinvestasi.   

Demikian juga dengan kemanfaatan aplikasi; semakin tinggi manfaat yang diperoleh, semakin tinggi pula niat generasi milenial untuk berinvestasi.

Dari keenam faktor diatas, ada satu faktor yang perlu mendapat perhatian lebih dari para pihak terkait untuk meningkatkan niat investasi para generasi milenial.  

Faktor tersebut adalah pengetahuan tentang investasi.  

Angka rata-rata pengetahuan tentang investasi generasi milenial di Jabodetabek adalah 4,39-4,70 dari skala 7 (Walla & Farida, 2020).  

Secara nasional, pengetahuan tentang investasi dapat dilihat dari rendahnya indeks literasi keuangan Indonesia.  

Hingga saat ini indeks literasi keuangan di Indonesia masih di bawah Malaysia, apalagi jika dibandingkan dengan Singapura.  

Pada tahun 2016, Indonesia berada pada peringkat 85 sedangkan Malaysia pada peringkat 66, sementara Singapura pada peringkat 12 (thealtlas.com).   

Meskipun indeks literasi keuangan Indonesia meningkat dari 29,7% pada tahun 2016 menjadi 38,03% pada tahun 2019, namun apakah kenaikan ini cukup untuk meningkatkan niat berinvestasi? 

Perlu studi lebih lanjut untuk menjawab pertanyaan ini.

Uraian di atas dapat memberikan gambaran untuk menjawab pertanyaan pada judul di atas.  

Meskipun saat ini terbuka kesempatan bagi generasi milenial untuk berinvestasi dan mendapatkan return dalam jangka panjang, tidak ada jaminan bahwa niat berinvestasi mereka akan meningkat.  

Meskipun ada aplikasi investasi yang sangat mudah digunakan oleh mereka, tidak ada jaminan pula bahwa mereka akan memanfaatkannya.   

Meski sebenarnya di saat pandemi Covid-19 melanda dunia, dimana banyak destinasi wisata ditutup, tempat-tempat hiburan dilarang beroperasi dan himbauan #dirumahaja dengan gencar dikampanyekan,  generasi milenial dapat menginvestasikan setidaknya 8% uangnya yang selama ini dialokasikan untuk hiburan/rekreasi.   

Masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan untuk meningkatkan niat berinvestasi para generasi milenial.  

Pemerintah bisa fokus pada program peningkatan pengetahuan tentang investasi melalui program peningkatan literasi keuangan.  

Pelaku bisnis bisa fokus pada penyediaan produk investasi yang mampu menarik minat generasi milenial serta menyediakan aplikasi investasi yang kompatibel dan lebih bermanfaat (usefulness).  

Para akademisi bisa fokus pada upaya membangun sikap positif terhadap investasi (attitude) untuk meningkatkan niat berinvestasi (intention) melalui tridharmanya, yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. 

Penulis adalah Dr. Ir. Farida Komalasari, M.Si.
Associate Professor di Bidang Ekonomi Keuangan & Perbankan pada Program Studi Administrasi Bisnis, President University;  Direktur Lembaga Riset dan Pengabdian Masyarakat, President University