IHSG Cenderung Konsolidasi Negatif

Oleh : Wiyanto | Jumat, 03 April 2020 - 09:44 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta-Secara teknikal pergerakan IHSG kembali terkonsolidasi percobaa menguji resistance FR38.2% dan bertahan di MA5 sebagai konfirmasi pelemahan. Pergerakan yang cenderung berfluktuatif ini memberikan signal indikator Stochastic yang dead-cross dan momentum pergerakan indikator RSI yang terus flat menjenuh.

"Sehingga selanjutnya pergerakan IHSG masih akan terkonsolidasi cenderung negatif diakhir pekan dengan support resistance 4390-4590," ujar analis Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi di Jakarta, Jumat (3/4/2020).

saham-saham yang dapat dicermati diantaranya; ERAA, JPFA, JSMR, LPKR, MAIN, MEDC, PGAS.

IHSG (+1.47%) ditutup naik 65.65 poin kelevel 4531.68 menguat lebih dari sepersen setelah sempat bergerak terkonsolidasi pada zona negatif. Indeks sektor industri dasar (+4.27%) dan konsumsi (+3.95%) memimpin penguatan. Pemerintah mengeluarkan rentetan stimulus dan kebijakan guna menghadapi dampak peperangan wabah pandemic setelah Mentri keuangan mengemukakan skenario terburuknya. Investor domestik terlihat masih cukup optimis namun investor asing terus melakukan aksi jual dimana tercatat net sell sebesar 384.29 miliar rupiah mengiringi pelemahan nilai tukar rupiah yang sempat lebih dari 16500.

Bursa Eropa membuka perdagangan pada zona hijau. Indeks Eurostoxx (+0.16%), FTSE (+0.52%) dan DAX (+0.37%) naik setelah indeks saham Tiongkok bergerak rebound. Saham-saham pertambangan energy memimpin penguatan setelah minyak brent melonjak 12% karena importir minyak terbesar dunia yakni tiongkok siap menaikan cadangannya setelah harganya turun lebih dari 50%. Kematian meningkat di Prancis dan Spanyol, sementara Italia dan Jerman bergerak untuk memperpanjang tindakan penguncian dan Florida memerintahkan orang untuk tinggal di rumah. New York dan New Jersey mengatakan kematian meningkat dua kali lipat dalam tiga hari terakhir. Pergerakan market masih sangat fluktuatif investor akan melihat dan berspekulasi akan dampak stimulus yang dinilai lebih besar dari krisis sebelumnya.