Koreksi Indeks Diperkirakan Semakin Terbatas, Saatnya Berburu Saham Murah

Oleh : Herry Barus | Kamis, 26 Maret 2020 - 13:29 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta – Penyebaran novel coronavirus yang belum mampu dihentikan baik secara global maupun di tanah air, telah mempengaruhi berbagai sektor termasuk pasar keuangan Indonesia, dalam sebulan terakhir, indeks harga saham gabungan (IHSG) telah tertekan sekitar 30%. Kedepan, koreksi terhadap pasar saham diperkirakan akan semakin terbatas, setelah tekanan yang cukup dalam, membuat indeks sempat berada pada level terendah dikisaran 3.936.

Pelemahan indeks yang cukup dalam ini mencerminkan ekspektasi laba bersih emiten terkoreksi lebih dari 20%. Bahana Sekuritas memperkirakan tekanan terbesar terhadap pasar saham domestik telah berkurang meski masih akan ada berita negatif dari penyebaran kasus korona, namun dengan langkah pemerintah yang telah menambah beberapa rumah sakit khusus untuk menampung pasien yang terinfeksi korona, ditambah lagi kerja sama yang dilakukan dengan Cina untuk mendatangkan alat-alat kesehatan dan obat-obatan serta secara global didukung oleh cuaca yang mulai panas.

Kepala Riset Bahana Sekuritas Lucky Ariesandi memperkirakan hingga akhir 2020, rata-rata laba emiten akan tertekan sekitar 2% - 4%, sementara indeks diperkirakan akan berada pada kisaran 5.650. ‘’Kasus ini cepat atau lambat akan teratasi, dan tidak akan berkepanjangan hingga bertahun-tahun, sehingga kami tidak melihat penyebaran virus ini akan berakhir pada resesi perekonomian seperti 1998 karena kondisi perbankan Indonesia masih cukup kuat,’’ papar Lucky.

Lucky menilai saat ini adalah waktu yang tepat untuk kembali masuk ke pasar saham dengan mengoleksi saham-saham yang murah, karena sebenarnya fundamental Indonesia masih cukup baik. Serangan virus ini terjadi secara global dan semua negara juga mengalami perlambatan perekonomian termasuk Indonesia yang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah pada kuartal pertama dan kedua dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, namun setelahnya kami yakin perekonomian Indonesia dan pasar saham Indonesia akan lebih cepat pulih, tambah Lucky.

Langkah pemerintah yang memberikan insentif fiskal dan juga melonggarkan kebijakan moneter dinilai sudah tepat ditengah-tengah ancaman Covid-19, yang cukup mempengaruhi sektor pariwisata, hotel, restoran dan transportasi khususnya penerbangan juga terhadap sektor komoditas, yang kemudian akan berdampak pada kredit bermasalah di perbankan.

 Namun anak usaha Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) ini menilai dengan pencadangan atas kredit bermasalah atau provisi yang disediakan rata-rata perbankan sekitar 116% dan rasio kecukupan modal atau capital ratio (CAR) rata-rata perbankan yang berada dikisaran 22%, perbankan Indonesia masih cukup kuat, meski laba bersih perbankan pada tahun ini akan tertekan. Data juga memperlihat rasio utang Indonesia masih cukup rendah yang berarti kemungkinan korporasi Indonesia kesulitan untuk membayar utang cukup kecil.

Beberapa sektor yang diuntungan dengan perkembangan yang terjadi saat ini diantaranya telekomunikasi dengan pemakaian kuota data yang semakin ramai karena banyak perusahaan memberlakukan bekerja dari rumah, juga kegiatan sekolah dilakukan secara online. Sektor farmasi diuntungkan dengan semakin meningkatnya kebutuhan atas alat-alat kesehatan, multivitamin dan obat-obatan, tak ketinggalan sektor konsumsi terutama yang terkait dengan bahan pokok masih memperlihat kinerja yang positip. 

‘’Tahun depan pemulihan secara global maupun domestik kami perkirakan akan lebih cepat terjadi dengan dasar pencapaian sepanjang tahun ini yang tertekan,’’ ungkap Lucky. Kami merekomendasikan saham-saham dengan beta tinggi atau saham yang berkorelasi cukup tinggi dengan indeks, sebagai antisipasi rally setelah krisis teratasi.