Indonesia Perkuat Rantai Nilai Global Untuk Jadi Kekuatan Baru

Oleh : Ridwan | Rabu, 29 Maret 2017 - 13:43 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto menegaskan, Saat ini Indonesia akan lebih aktif berperan dalam rantai nilai global (Global Value chains) di sektor Industri. Rangkaian ini sebagai instrument perdagangan Internasional bagi negara-negara berkembang untuk jadi kekuatan baru.

Keseluruhan proses produksi barang industri, dari bahan mentah hingga ke produk jadi semakin membutuhkan kemampuan tenaga kerja dan ketersediaan bahan baku dengan kualitas dan harga yang kompetitif. Rantai nilai tersbutut dapat meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk industri nasional. Oleh sebab itu, Indonesia menekankan rantai nilai global untuk diimplementasikan di tingkat ASEAN sebagai tolak ukur.

“ASEAN berpeluang menjadi kekuatan ekonomi kelima dengan populasi ketiga terbesar di Dunia. Potensi ini terus tumbuh dan didukung dengan meningkatnya kelas menengah dan konsumsi yang tinggi,” ungkap Airlangga Hartarto pada saat acara Global Manufacturing and Industrialisation Summit (GMIS) 2017 di Abu Dhabi, Uni Emirate Arab (28/3/2017).

Dalam pelaksanaannya, yang telah dilakukan Indonesia antara lain membangun branding di tingkat regional, meningkatkan fasilitas perdagangan, harmonisasi standar, dan mengurangi efek yang membatasi perdagangan.

Saat ini Indonesia memiliki berbagai program strategis dalam mendukung industrialisasi berkelanjutan, khususnya untuk industri berbasis komoditas, Misalnya, penerapan sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) untuk industri berbasis kayu dan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) untuk industri berbasis minyak kelapa sawit, serta pengembangan teknologi plastik yang dapat diuraikan kembali dan ramah lingkungan.

Sebagian besar anggota PBB memiliki target kedepan untuk mengakhiri kemiskinan, melindungi planet dan mewujudkan kesejahteraan. Upaya ini perlu didukung dengan membangun infrasrtuktur tangguh, industrialisasi berkesinambungan, serta pengembangan inovasi.

Dalam menghadapi revolusi industri 4.0, Kemenperin telah meluncurkan program untuk sektor industri kecil dan menengah (IKM) melalui e-smart IKM. Program ini untuk memfasilitasi dan mengintegrasikan IKM dalam negeri agar mampu berkompetisi di tingkat global dan meningkatkan akses pasar.

“Saya yakin, transformasi ini akanmemberikan model bisnis industri manufaktur yang baru. Pada tahun 2030, ekonomi di Indonesia akan mencapai US$ 130 miliar dan menjadi yang terbesar di Asia,” tutup Menperin.