Warung Kopi dan Gaya Hidup Melenial

Oleh : David Maharaja | Selasa, 10 Desember 2019 - 20:50 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Siapa yang tidak mengenal kopi?? Bila di tanyakan suka kopi atau tidak? Kebanyakan orang akan menjawab suka atau bahkan suka sekali. Memang kopi tidak mengenal usia, jenis kelamin dan pekerjaan.

Dari data yang disarikan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementrian Pertanian, konsumsi kopi nasional pada 2016 mencapai sekitar 250 ribu ton dan tumbuh 10,54% menjadi 276 ribu ton. Konsumsi kopi Indonesia sepanjang periode 2016-2021 diprediksi tumbuh rata-rata 8,22% /tahun. Pada 2021, pasokan kopi di prediksi mencapai 795 ribu ton dengan konsumsi 370 ribu ton, sehingga terjadi surplus 425 ribu ton.

Kopi merupakan kudapan yang sangat sering ditemui di setiap acara atau pertemuan di masyarakat Indonesia. Semua orang suka kopi, apa lagi bila dihidangkan makanan ringan. Kopi di percaya memiliki efek rileksasi yang cukup ampuh. Berbagai macam alasan dapat dijabarkan dengan mudahnya, bila orang ditanyakan alasan minum kopi.

Sebagian orang menyerup kopi untuk mendapatkan ide, ada juga orang  yang menyeruputnya hanya sekedar menghilangkan rasa pahitnya ditimbulkan akibat mulut tidak beraktifitas.

Kopi sendiri sudah cukup lama di kenal oleh masyarakat kita, dan harumnya kopi kita  juga menjadi salah satu alasan bangsa Eropa datang ke Indonesia. Mereka berlayar jauh dari daratan Eropa hanya untuk mencari negara penghasil terbaik. Salah satu kopi yang berkualitas ialah kopi Gayo dari Aceh, pengakuan dari Specialty Coffee Association of Europe (SCAE), merupakan perkumpulan pencinta kopi yang konsen terhadap standar kualitas kopi dunia di wilayah eropa.

Bagi Melenial, kegiatan menyeruput kopi agaknya mengalami perbedaan dari waktu ke waktu. Di era 2000-an awal masih banyak ditemui anak-anak muda dan orang tua yang berkumpul di pos keamanan perumahan atau kampung sambil bermain kartu dan gitar atau di warung kopi tradisional (Warkop).

Namun memasuki tahun 2009 tren nya sudah mulai berubah orang lebih menikmati menyeruput kopi di warung kopi modern, dengan desain yang kekinian, alunan musik dan peralatan pembuat dan penyeduh kopi modern. Motivasi menyeruput kopi tidak hanya untuk mendapatkan efek rileksasi saja namun sudah mencapai tahapan psikologis yang lebih tinggi yaitu kebutuhan untuk dilihat orang atau kesannya pamer.

Bisnis kedai kopi harus berkolaborasi dengan teknologi informasi. Para pebisnis di industri ini harus selalu berinovasi untuk menangkap dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan penikmat kopi. Banyak kedai kopi sudah mempunyai aplikasi dengan berbagai fitur untuk menarik perhatian para melenial pemburu kopi. Ada juga yang pemilik kedai kopi yang mencoba menyediakan layanan jasa antar dengan sepeda bila jarak pesanannya di bawah 1 kilometer namun bila diatas 2 kilometer akan diantarkan dengan ojek online ekspres.

Bisnis warung kopi kekinian sudah menjamur beberapa kota besar. Dengan mudahnya kita temui warung kopi ini di setiap sudut kota. Mulai dari yang kecil, sedang dan besar meramaikan pasar bisnis warung kopi. Dari yang hanya satu kios hingga yang sudah memiliki ratusan outlet di kota-kota besar bahkan yang sudah mancanegara pun dengan mudahnya dijangkau oleh konsumen.

Dan bisnis warung kopi ini sudah dimudahkan distribusinya dengan bantuan ojek online.
Hal ini pun harus menjadi perhatian pelaku bisnis tradisional. Orang sudah mulai malas untuk duduk dan menghabiskan waktu di warung kopi tradisional. Bila tidak, warung tradisional akan tinggal kenangan seperti industri telepon umum yang digantikan dengan telepon genggam.

Suka tidak suka, pebisnis warkop harus memutar haluan atau bermetamorfosis serta mengubah konsep bisnisnya menjadi warung kopi kekinian.