Manufaktur Masih Jadi Kontributor Terbesar Ekspor Nasional

Oleh : Ridwan | Minggu, 17 November 2019 - 18:10 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan, industri manufaktur masih menjadi kontributor paling besar terhadap capaian nilai ekspor nasional. 

Pada periode Oktober 2019, industri pengolahan mencatatkan nilai ekspornya sebesar USD11,34 miliar atau menyumbang 75,95 persen dari total ekspor nasional yang menembus hingga USD14,93 miliar.

"Sudah banyak produk manufaktur kita yang kompetitif di kancah global. Oleh karena itu, Kemenperin dan Kementerian Perdagangan akan terus berkoordinasi untuk memfasilitasi akses dan kemudahan bagi pelaku industri kita supaya bisa memperluas pasar ekspor," katanya di Jakarta, Minggu (17/11).

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2019 mengalami surplus sebesar USD161 juta. Surplus tersebut karena nilai ekspor mencapai USD14,93 miliar dan impor USD14,77 miliar. Sementara itu, ekspor nonmigas menyumbang hingga 93,8 persen dari total ekspor nasional di bulan ke-10 tahun ini, dan sektor nonmigas mencatatkan surplus sebesar USD990,5 juta.

Berikutnya, sepanjang Januari-Oktober 2019, nilai ekspor dari produk industri pengolahan menembus hingga USD105,1 miliar atau menyumbang 75,56 persen dari total ekspor nasional yang mencapai USD139,1 miliar. Sedangkan, ekspor nonmigas berkontribusi sebesar 92,56 persen terhadap total ekspor nasional pada Januari-Oktober 2019.

Adapun 10 produk yang berperan besar terhadap capaian nilai ekspor di periode yang sama tersebut, yakni bahan bakar mineral; lemak dan minyak hewan/nabati; mesin/peralatan listrik; kendaraan dan bagiannya; serta besi dan baja. 

Selanjutnya, perhiasan/permata; karet dan barang dari karet; mesin-mesin/pesawat mekanik; serta pakaian jadi bukan rajutan, serta kertas/karton. 

Mengenai lokasi tujuan utama ekspor Indonesia, Tiongkok tetap sebagai negara yang terbesar nilainya, yaitu mencapai USD21,12 miliar (16,40 persen), diikuti Amerika Serikat dengan nilai USD14,53 miliar (11,29 persen), dan Jepang sebesar USD11,47 miliar (8,91 persen).

"Pemerintah terus berupaya memperluas akses pasar ekspor untuk industri manufaktur. Misalnya kita perluas pasar ekspor ke negara-negara nontradisional seperti di Asia Pasifik, Timur Tengah dan Afrika," sebut Menperin.