Laba 2016 Rajawali Nusantara Indonesia Melesat 258 Persen

Oleh : Abraham Sihombing | Rabu, 15 Maret 2017 - 14:00 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta - PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), membukukan laba konsolidasi sebesar Rp247 miliar pada 2016, atau melonjak 258% dibandingkan dengan realisasi laba pada 2015 sebesar Rp69 miliar.
 
Didik Prasetyo, Direktur Utama RNI, mengemukakan, sektor industri gula memberi kontribusi laba sebesar Rp98 miliar pada 2016, atau lebih rendah 53,11 persen dibandingkan pada 2015 sebesar Rp209 miliar.
 
Didik menambahkan, sektor farmasi menyumbang laba sebesar Rp108 miliar pada 2016, atau naik 30,12 persen dibanding pada 2015 sebesar Rp83 miliar. Adapun sektor perdagangan mengkontribusikan laba Rp42 miliar pada 2016, atau meningkat secara signifikan sebesar 90,9 persen dibandingkan pada 2015 sebesar Rp22 miliar.
 
“Peningkatan laba bersih ketiga sektor usaha tersebut mampu menutup pendapaian sektor perkebunan yang masih mencatatkan kerugian Rp94 miliar,” ujar Didik dalam acara Media Gathering PT RNI, di Gedung RNI, Jakarta Selatan, Selasa (14/03/2017).
 
Didik menargetkan penjualan BUMN yang berbisnis di bidang Agro Industri, Farmasi & Alat Kesehatan dan Perdagangan & Distribusi tersebut sebesar Rp6,3 triliun pada 2017, atau lebih tinggi 25 persen dibandingkan pada 2016 sebesar Rp5 triliun.
 
“Penjualan RNI dari sektor perkebunan, baik industri tebu maupun industri perkebunan lainnya, ditargetkan naik 23 persen menjadi Rp2,2 triliun dibandingkan dengan realisasi penjualan 2015 sebesar Rp 1,8 triliun. Sedangkan penjualan dari sektor non-industri perkebunan ditargetkan Rp 4,1 triliun, atau naik 26 persen dibandingkan pada 2015 sebesar Rp3,3 triliun,” paparnya.
 
Didik mengungkapkan, untuk menghadapi berbagai isu strategis pada 2017, RNI akan mempertajam perannya sebagai Investment Holding. “Kami akan tingkatkan daya saing anak usaha melalui sinergi diantara anak-anak usaha RNI. Salah satunya, mendorong sinergi melalui Integrated Supply Chain (ISC). Disamping optimalisasi bisnis inti dan aset, RNI juga tetap melakukan pengembangan bisnis berbasis kompetensi inti,” imbuhnya.
 
Karena itu, demikian Didik, manajemen RNI akan mengalokasikan dana belanja modal (capital expenditure) sebesar Rp1,6 triliun pada 2017, jauh lebih tinggi 159% dibanding pada 2016. Dana tersebut akan digunakan untuk membiayai pengembangan bisnis agroindustri dan industri farmasi.
 
Didik juga menargetkan volume produksi gula pada 2017 sebanyak 315.000 ton yang berasal dari total tebu yang akan diproses sebanyak 4.22 juta ton dari areal tanam seluas 53.775 hektar. Seluruh produksi gula tersebut akan dialokasikan untuk mencukupi kebutuhan konsumsi langsung yang akan didistribusikan oleh Bulog dan jaringan distribusi anak perusahaan RNI, yaitu PT Rajawali Nusindo ke seluruh Indonesia.
           
Di bidang industri karung plastik, PT RNI akan mengembangkan kapasitas produksi PT Rajawali Citramass yang diperkirakan mencapai 64 juta lembar pada 2017. Itu dilakukan melalui pengembangan portofolio produk karung plastik di salah satu anak usahanya, yakni PT Rajawali Tanjungsari Enjiniring. Untuk mendukung upaya ini, RNI pada 16 Februari 2017 telah melakukan penandatangan MoU bersama Perum Bulog, terkait kerjasama pengembangan industri kemasan.***