168 Ibu di Lombok Alami Depresi Pasca Gempa

Oleh : Andi Mardana | Senin, 19 Agustus 2019 - 19:33 WIB

INDUSTRY.co.id - Lombok - Berdasarkan laporan yang disampaikan oleh One Health Collaborating Center (OHCC) Udayana, hasil penilaian awal menunjukkan terdapat 168 ibu yang mengalami depresi, kecemasan dan stres tingkat ringan hingga tinggi, serta 109 anak yang merasakan kecemasan paska gempa di Desa Kekait, Lombok.

Dengan hasil kajian psikologis dan analisa lapangan tersebut, mereka terbagi menjadi dua kelompok intervensi, yaitu Kelompok Target yang terdiri dari 128 pasang ibu dan anak, serta Kelompok Suportif yang terdiri dari 35 pasang ibu dan anak.

Kedua kelompok ini telah menerima intervensi terapi sesuai kebutuhan masing-masing.

Dr. Ni Nyoman Sri Budayanti, Sp.MK(K), Ketua OHCC Udayana memberikan apresiasi yang tinggi terhadap program kerjasama ini sebagai bentuk dari pengabdian Universitas kepada masyarakat sebagaimana termasuk dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi.

"Selama program intervensi ini berlangsung, kami juga melibatkan berbagai institusi di Nusa Tenggara Barat, diantaranya RSJ Mutiara Sukma, Kantor Dinas Layanan Sosial Mataram, UIN Mataram, hingga kader dan organisasi pemuda setempat," jelas dr. Ni Nyoman Sri kepada Industry.co.id baru-baru ini.

Program ini, kata ia Lombok - Berdasarkan laporan yang disampaikan oleh One Health Collaborating Center (OHCC) Udayana, hasil penilaian awal menunjukkan terdapat 168 ibu yang mengalami depresi, kecemasan dan stres tingkat ringan hingga tinggi, serta 109 anak yang merasakan kecemasan paska gempa di Desa Kekait, Lombok.

Dengan hasil kajian psikologis dan analisa lapangan tersebut, mereka terbagi menjadi dua kelompok intervensi, yaitu Kelompok Target yang terdiri dari 128 pasang ibu dan anak, serta Kelompok Suportif yang terdiri dari 35 pasang ibu dan anak.

Kedua kelompok ini telah menerima intervensi terapi sesuai kebutuhan masing-masing.

Dr. Ni Nyoman Sri Budayanti, Sp.MK(K), Ketua OHCC Udayana memberikan apresiasi yang tinggi terhadap program kerjasama ini sebagai bentuk dari pengabdian Universitas kepada masyarakat sebagaimana termasuk dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi.

"Selama program intervensi ini berlangsung, kami juga melibatkan berbagai institusi di Nusa Tenggara Barat, diantaranya RSJ Mutiara Sukma, Kantor Dinas Layanan Sosial Mataram, UIN Mataram, hingga kader dan organisasi pemuda setempat," jelas dr. Ni Nyoman Sri kepada Industry.co.id baru-baru ini.

Program ini, kata ia menunjukkan perubahan positif kesehatan mental para Ibu dan Anak yang terdampak bencana.

"Tidak hanya itu, program ini dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dasar kebencanaan yang dapat menjadi kajian dan pembelajaran bagi civitas akademik," lanjut Dr. Ni Nyoman Sri.

Pada kesempatan tersebut, Meida Octarina, MCN dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI menyampaikan, kegiatan rehabilitasi kesehatan mental dan psikososial paska bencana sebagai wujud gotong royong dalam menghadapi bencana.

"Kami merasa senang dan berterima kasih atas inisiatif NIVEA Sentuhan Ibu dan OHCC Universitas Udayana yang telah mendukung program pemerintah ini. Untuk kedepan, program ini dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan Fase Rehabilitasi Bencana yang menggabungkan kekuatan Akademisi, Business/swasta dan Government/pemerintah (ABG)," jelas Meida.

"Tidak hanya itu, program ini dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dasar kebencanaan yang dapat menjadi kajian dan pembelajaran bagi civitas akademik," lanjut Dr. Ni Nyoman Sri.

Pada kesempatan tersebut, Meida Octarina, MCN dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI menyampaikan, kegiatan rehabilitasi kesehatan mental dan psikososial paska bencana sebagai wujud gotong royong dalam menghadapi bencana.

"Kami merasa senang dan berterima kasih atas inisiatif NIVEA Sentuhan Ibu dan OHCC Universitas Udayana yang telah mendukung program pemerintah ini. Untuk kedepan, program ini dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan Fase Rehabilitasi Bencana yang menggabungkan kekuatan Akademisi, Business/swasta dan Government/pemerintah (ABG)," jelas Meida.