Perang Dagang AS dan Tiongkok Ciptakan Peluang Bagi Indonesia

Oleh : Hariyanto | Jumat, 05 Juli 2019 - 15:49 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok telah mengganggu rantai pasokan global dengan menekan pengembangan perdagangan dunia secara terus menerus. 

Tidak hanya sebagai ancaman, Indonesia perlu melihat perang ini sebagai persaingan kooperatif yang mencakup kerjasama dan kompetisi. Indonesia perlu melihat peluang tanpa melupakan ancaman yang ada dan sebaliknya. Selama ini, Indonesia melihat Tiongkok sebagai ancaman, tetapi sekarang saatnya untuk merubah pandangan itu. 

"Perang dagang tidak bisa dihindari, tetapi ini adalah persaingan kooperatif," kata Analis Hubungan Internasional dari President University Teuku Rezasyah dalam Kuliah Umum di President University dengan tema "Implementasi Perang Perdagangan AS China di Asia Pasifik" , Selasa (2/7/2019). 

Selain Rezasyah, Kuliah Umum ini juga dihadiri oleh Direktur Asia Timur dan Pasifik Kementerian Luar Negeri Indonesia Santo Darmosumarto, Direktur Akses Industri Internasional Kementerian Perindustrian Indonesia Dody Widodo, serta analis politik dari President University Muhammad A.S. Hikam. Kuliah Umum ini mendapat antusiasme yang sangat besar dari mahasiswa Hubungan Internasional President University. 

Rezasyah menambahkan Tiongkok telah memperkuat inisiatif ekonomi baru seperti membentuk ASEAN China Free Trade Area (ACFTA atau Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN China) dan Free Trade Agreement (FTA atau Perjanjian Perdagangan Bebas) di tingkat bilateral, berusaha menjadi kekuatan utama di Laut China Selatan, serta menjalin hubungan strategis dengan berbagai pihak. 

Oleh sebab itu, Tiongkok sebenarnya sudah memiliki persiapan menghadapi Perang Dagang. Bahkan, negara itu juga sudah siap untuk meraih keuntungan jika Perang Dagang mereda. 

Sementara itu, Santo Darmosumarto berpendapat bahwa Perang Dagang tidak akan memberi keuntungan bagi siapapun. “Dalam setiap perang, tidak ada pemenang. Yang penting adalah kita melihat peluang di balik ini. Agar Indonesia dapat mengambil manfaat dari perang dagang ini, kita perlu lebih memperhatikan komoditas yang berpotensi untuk diekspor. Hal pertama yang harus dilakukan adalah memperbaiki infrastruktur kita," kata Santo. 

Pernyataan ini juga disetujui oleh Dody Widodo yang mengemukakan bahwa Indonesia sebenarnya memiliki kesempatan mengembangkan ekspor secara lebih luas. “Selama ini, kita hanya mengekspor bahan mentah. Sekarang adalah saatnya untuk mengambil langkah maju dan bergabung dengan rantai pasokan global," imbuh Dody. 

Kuliah umum kali ini memberikan pemahaman yang lebih baik kepada mahasiswa mengenai koneksi antara teori dan praktik dalarn diplomasi perdagangan. Melalui kuliah umum ini, para audiens menerima informasi akurat dan berkualitas seputar Konferensi Tingkat Tinggi G20 yang baru baru ini dilaksanakan di Osaka, Jepang.