Implementasi Making Indonesia 4.0, Topang Pertumbuhan Ekonomi Digital RI

Oleh : Ridwan | Minggu, 02 Juni 2019 - 18:02 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengungkapkan, seiring diimplementasikannya peta jalan Making Indonesia 4.0, ekonomi digital di Indonesia tumbuh pesat. 

Sebanyak tujuh unicorn di ASEAN, empat di antaranya berasal dari Indonesia, yakni Bukalapak, GoJek, Tokopedia, dan Traveloka. 

"Kami ucapkan terima kasih kepada Nikkei, kemarin CEO GoJek mendapat penghargaan inovasi ekonomi dan bisnis. GoJek dan Tokopedia bahkan sudah menjadi decacorns saat ini," kata Airlangga pada kunjungan kerjanya di Tokyo, Jepang (31/5). 

Airlangga menuturkan, perusahaan startup dan tech-wizard tersebut telah berkontribusi hingga USD10 miliar terhadap perekonomian. 

"Ini masih di bawah potensi mereka dan target kami cukup tinggi, yaitu USD150 miliar pada 2025," terangnya. 

Untuk mencapai target ini, tambahnya, pemerintah terus mendorong agar dapat menciptakan lebih banyak lagi unicorns atau decacorns. 

Tak hanya itu, Airlangga menyebut akan ada lebih dari dua perusahaan yang berpotensi menyusul sebagai decacorns dalam 1-2 tahun. 

"Itulah mengapa kami yakin industri 4.0 akan memperkuat kebijakan ekonomi inklusif karena berdasar pada kolaborasi antara industri besar dengan Industri Kecil dan Menengah (IKM)," ujarnya.

Airlangga mengungkapkan, Indonesia memiliki kelebihan solid demographic bonus, sehingga platform e-commerce saat ini telah menyaingi toko konvensional. 

"Bukalapak dan lainnya memiliki 5 juta vendor, masyarakat yang mengunjungi website sekitar 30 juta. Penjualannya sekitar USD4.000 per tahun, dari sini dapat dilihat economy of scope pasar digital di Indonesia," jelasnya.

Meski saat ini industri manufaktur Indonesia menitikberatkan pada digital, namun dengan berbagai regulasi yang dikeluarkan, pemerintah berusaha menyeimbangkan industri yang lebih tradisional atau konvensional dengan yang berteknologi tinggi karena harmoni antara keduanya sudah berjalan cukup lama.

"Saya tegaskan, Indonesia hari ini berbeda dengan 10 tahun lalu. Saat itu, kami bergantung pada ekspor komoditas, namun lima tahun terakhir, Indonesia fokus pada ekspor sektor manufaktur yang bernilai tambah tinggi," pungkasnya.