Kerjasama Mahata-tiket.com Picu Kisruh Laporan Keuangan Garuda Indonesia

Oleh : Ahmad Fadli | Jumat, 17 Mei 2019 - 20:46 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta -Penolakan laporan keuangan Garuda Indonesia tahun 2018 oleh dua komisaris, masing-masing Chairal Tanjung dan Dony Oskaria (keduanya dari PT Trans Airways), berbuntut panjang. Harga saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengalami penurunan yang signifikan.

Di Bursa Efek Indonesia (BEI) per 16 Mei 2019 pukul 14.35 WIB, saham Garuda Indonesia tercatat sebesar Rp414 per lembar. 

Kisruh laporan keuangan Garuda Indonesia ini membuat PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melanjutkan pengusutan dengan meminta masukan dari berbagai pihak, salah satunya Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK).
Chairal Tanjung dan Dony Oskaria menolak menandatangani laporan keuangan tersebut dan melayangkan surat keberatan kepada perusahaan. 

“Merujuk kepada Laporan Tahunan Perseroan Tahun Buku 2018 yang diajukan kepada kami, sesuai dengan Pasal 18 ayat 6 Anggaran Dasar Perseroan, bersama ini kami bersikap untuk tidak menandatangani laporan tahunan tersebut,” kata dia kepada media.

Keberatan Chairal Tanjung dan Dony Oskaria dipicu laporan keuangan Garuda Indonesia bertentangan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Negara Nomor 23 lantaran telah mencatatkan pendapatan yang masih berbentuk piutang. Piutang tersebut berasal dari perjanjian kerjasama antara PT Garuda Indonesia Tbk dan PT Mahata Aero Teknologi serta PT Citilink Indonesia yang ditandatangani pada 31 Oktober 2018.

Total piutang tersebut sebesar US$239.940.000 dari PT Mahata Aero Teknologi dengan US$28.000.000 di antaranya merupakan bagi hasil yang seharusnya dibayarkan pihak Mahata kepada PT Sriwijaya Air. 
Dari kerja sama itu Garuda Indonesia memiliki piutang sebesar US$239.940.000. Namun, manajemen sudah mengakuinya sebagai pendapatan meski pihak Mahata belum membayar piutangnya kepada Garuda Indonesia. Hal itu membuat keuangan Garuda Indonesia berubah 180 derajat. Dari yang rugi sebesar US$216.580.000 juta pada 2017 menjadi laba pada 2018 sebesar US$809.840. 

"Kejanggalan ini dimulai dari laporan keuangan Garuda Indonesia tahun 2018 yang membukukan laba bersih US$ 809.846 pada 2018 atau setara Rp 11,49 miliar (kurs Rp 14.200/US$). Padahal jika ditilik lebih detail, perusahaan yang resmi berdiri pada 21 Desember 1949 dengan nama Garuda Indonesia Airways ini semestinya merugi," ulasnya.

Sementara itu terkait dengan komitmen Mahata untuk menjalankan proyeknya, Direktur Eksekutif Mahata Group, Iwan Setiawan menegaskan akan terus berproses. Dalam bayangannya, kerja sama antara Mahata dan Tiket.com untuk pengadaan fasilitas Wifi di Garuda Group akan mampu membantu Garuda menciptakan ekosistem digital yang terintegrasi dengan baik. 

Namun diakuinya layanan wi-fi untuk 50 pesawat Citilink (anak usaha GIAA) inu memang belum dapat terealisasi karena berbagai faktor. Padahal dengan layanan ini seharusnya penumpang pesawat tetap bisa mengakses internet di ketinggian 35.000 kaki. 

"(Meski begitu) kami akan melakukannya dengan perusahaan digital platform kami serta partner resmi kami tiket.com," kata Iwan.

Dilain pihak Gaery Undarsa selaku Chief Marketing Officer Tiket.com menjelaskan, kerja sama dengan Mahata Group merupakan misi perusahaannya untuk menguasai pasar penjualan tiket online di Indonesia pada tahun 2019. Pihaknya menjalin komitmen kerjasama dengan Mahata karena menilai Mahata sebagai mitra yang tepat untuk meningkatkan ketertarikan pangsa milenial.

"Sebagai langkah awal, kami (Mahata dan Tiket.com) akan bekerja sama untuk menyuplai kebutuhan WiFi gratis di atas pesawat Citilink Indonesia,” ujar Gaery sebelumnya.