Menperin Minta Utilitas Industri Olahan Minyak Sawit Ditingkatkan

Oleh : Ahmad Fadli | Kamis, 23 Februari 2017 - 17:02 WIB

INDUSTRY.co.id, Medan - Industri pengolahan minyak sawit di dalam negeri diminta untuk menghasilkan produk hilir yang bernilai tambah tinggi sesuai kebutuhan pasar domestik dan ekspor. Untuk itu, diperlukan peningkatan kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi manufaktur terbaru agar lebih berdaya saing.

Pertumbuhan industri hilir yang tangguh dan berkelanjutan itu karena ditopang oleh inovasi teknologi atau rekayasa produk baru, baik yang mengandalkan kemampuan riset mandiri maupun kolaborasi dengan lembaga riset internasional, kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ketika mengunjungi PT. Musim Mas di Kawasan Industri Medan, Sumatera Utara, Kamis (23/2).

Salah satunya, Kementerian Perindustrian berupaya memfasilitasi pembangunan industri pengolahan limbah spent bleaching earth (SBE) agar segera beroperasi komersial sesuai peraturan dan perundangan yang berlaku. Pasalnya, limbah B3 dari pabrik minyak goreng tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan alternatif untuk urugan jalan raya dan beton pemukiman.

Kami sangat mendukung terobosan ini karena sejalan dengan visi Kabinet Kerja dalam mendorong pembangunan infrastruktur, tegasnya. Airlangga juga menyampaikan, pihaknya sedang memacu kinerja industri pengolahan minyak sawit dalam negeri serta mengintensifkan kampanye positif terhadap produk CPO Indonesia agar diterima pasar ekspor terutama Amerika Serikat dan Eropa.

Kami sebagai salah satu Anggota Komite Dewan Pengarah BPDP Kelapa Sawit, juga telah mengusulkan penurunan tarif, yang nantinya akan dibahas bersama kementerian terkait lainnya, ujar Airlangga. Selain itu, Pemerintah tengah berkoordinasi dengan produsen dan industri pengemasan agar dapat menghasilkan produk minyak goreng yang harganya dapat terjangkau bagi masyarakat khususnya kalangan menengah ke bawah.

Menperin menyatakan, selain berdiskusi mengenai pengembangan industri pengolahan minyak sawit, kunjungan kerjanya ke PT. Musim Mas ini juga melihat secara langsung proses produksi pengolahan minyak sawit yang terintegrasi dari hulu CPO menjadi aneka produk hilir seperti minyak goreng, lemak pangan, oleokimia, dan biodiesel.

Ternyata di Musim Mas ini, pengembangan industrinya dimulai dari hilir, baru gerak ke hulu. Jadi, pohon industrinya mereka sudah kuat, bahkan mampu menembus pasar ekspor ke puluhan negara. Mereka tidak hanya menjual dalam bentuk produk jadi, tetapi memproduksinya di beberapa negara ekspor itu, paparnya.

Untuk itu, lanjut Airlangga, strategi perusahaan tersebut perlu dicontoh oleh manufaktur nasional dalam upaya menjadi industri kelas dunia. Dengan yang dilakukan secara terintegrasi oleh Musim Mas, produk yang dihasilkan tidak hanya CPO saja, tetapi sudah menurun ke produk consumer dan life style, ujarnya.

Direktur Operasional PT. Musim Mas Herman Tandinata mengatakan, perusahaan telah beroperasi di 13 negara di Asia Pasifik, Eropa, dan Amerika Serikat dengan melibatkan sebanyak 28.500 karyawan. Perusahaan ini memproduksi 600.000 ton minyak sawit mentah per tahun.

Bisnis model kami sudah terintegrasi penuh, mulai dari hulu sampai ke hilir, dengan didukung logistik angkutan darat dan laut, ujarnya. Musim Mas menjadi perusahaan kelapa sawit pertama di Asia Tenggara yang bergabung dengan Palm Oil Innovation Grup (POIG). Komitmen ini menjadi bukti produksi minyak sawit yang berkelanjutan tanpa deforestasi, pembukaan lahan gambut, pelanggaran kepemilikan tanah dan hak buruh.

Musim Mas juga sebagai perusahaan pertama di Indonesia yang mendapat sertifikat Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) untuk seluruh aset perkebunannya dengan luas 25.918 hektare. Perusahaan tengah berusaha memproduksi gas metana dengan memasang perangkap gas di seluruh pabriknya.