Bursa Asia Diperkirakan Lanjutkan Pelemahan

Oleh : Wiyanto | Rabu, 19 Desember 2018 - 09:20 WIB

INDUSTRY.co.id -

Jakarta - Adanya imbas pelemahan bursa saham global sebelumnya membuat laju bursa saham Asia masih mengalami pelemahan. Aksi jual masih kerap terjadi. Bahkan kian diperparah dengan adanya pelemahan pada bursa saham Tiongkok setelah merespon pidato Presiden Xi Jinping.

"Dalam pidatonya yang memperingati 40 tahun liberalisasi pasar di Tiongkok, Presiden Xi tidak menawarkan langkah-langkah dukungan spesifik untuk perekonomian. Bahkan ia menanggapi bahwa Tiongkok tidak dapat didikte oleh pihak manapun. Tentu saja, pernyataan ini memberikan anggapan masih adanya konflik perang dagang dengan AS sehingga timbul asumsi masih akan melambatnya ekonomi global," kata analis Pasar Modal Reza Priyambada di Jakarta, Rabu (19/12/2018).

Pergerakan bursa saham Eropa kembali melanjutkan pelemahannya. Tidak jauh berbeda dengan sebelumnya dimana masih adanya imbas perlambatan ekonomi global akibat dampak dari terjadinya perang dagang membuat aksi jual belum juga usai. Bahkan pidato Presiden Xi pun ditanggapai negatif dimana diperkirakan ekskalasi perang dagang masih dapat berlanjut.

Indeks pan-European Stoxx melemah 1,14 persen dengan tekanan pada sejumlah saham. Saham-saham migas kali ini menjadi pemberat jalannya indeks seiring masih melemahnya harga kontrak minyak dunia. Di sisi lain, adanya rilis data Ifo business sentiment index Jerman yang lebih rendah dari sebelumnya dan masalah Brexit yang belum juga usai turut menjadi sentimen negatif.

Pasca melemah, laju bursa saham AS mampu berbalik menguat dengan dukungan aksi beli yang memanfaatkan pelemahan sebelumnya. Sejumlah saham menjadi sasaran aksi beli. Johnson & Johnson berbalik menguat pasca melemah setelah adanya berita negatif terhadap salah satu produknya. Begitupun juga dengan yang lain, turut menguat a.l Apple, Boeing, Amazon, dan lainnya.

Pelaku pasar juga menantikan hasil dari pertemuan FOMC dan terlihat tidak terlalu bereaksi berlebihan dengan adanya rencana kenaikan kembali suku bunga The Fed, jika terjadi.