Menperin Menilai Industri Karet Sintetis Dapat Tingkatkan Devisa Negara

Oleh : Herry Barus | Jumat, 30 November 2018 - 06:15 WIB

INDUSTRY.co.id - Cilegon - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa industri untuk seluruh komponen pembuatan ban di Indonesia sudah lengkap dengan diresmikannya pabrik karet sintetis pertama di Cilegon Banten.

Hal itu disampaikannya pada Peresmian Pabrik PT Synthetic Rubber Indonesia (SRI) di Cilegon, Banten, Kamis (29/11/2018).

Menteri Airlangga menyebutkan pabrik SRI menjadi pabrik karet sintetis pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi ramah lingkungan dengan menggunakan teknologi perusahaan asal Prancis, Michelin.

"Indonesia sekarang sudah punya 'synthetic rubber', 'natural rubber', 'carbon black' yang sekarang sedang ekspansi, silika dan 'tire core' Seluruh komponen untuk membuat ban sudah lengkap," kata Airlangga.

Menurut dia, dengan industri pembuatan komponen ban yang sudah lengkap tersebut, investor yang akan memproduksi ban di Indonesia akan bertambah dan mendorong ekspor produk turunannya.

Khusus untuk karet sintetis yang diproduksi dari PT Synthetic Rubber Indonesia (SRI), Airlangga memproyeksikan nilai ekspor karet sintetis mencapai 250 juta dolar AS dengan kapasitas produksi terpasang 120 ribu ton per tahun.

Dalam pemanfaatannya, karet sintetis digunakan untuk industri otomotif sebesar 25 persen, sementara untuk industri komersial lebih banyak menggunakan karet alam "natural rubber".

Arilangga menilai industri karet sintetis merupakan industri yang perlu dikembangkan seiring dengan semakin majunya perekonomian nasional. Karet sintetis banyak dimanfaatkan untuk memproduksi ban, conveyor belt, komponen karet, alas kaki, serta pembungkus kabel listrik.

Airlangga juga menegaskan bahwa industri petrokimia termasuk sektor manufaktur yang telah memasuki era Industri 4.0 selain semen, otomotif, makanan dan minuman. Seperti diketahui, industri manufaktur menjadi satu dari lima fokus utama pemerintah terhadap transformasi Industri 4.0 di Indonesia.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, ekspor industri manufaktur Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada kuartal ketiga 2018, ekspor mencapai 97,52 miliar dolar AS, meningkat 5,71 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 92,25 miliar dolar AS. Dalam kurun waktu tersebut, ekspor produk industri memberikan kontribusi sebesar 72,24 persen dari total ekspor nasional yang mencapai 134,99 miliar dolar AS

Pada kesempatan itu juga Presiden Direktur SRI Brad Karas mengatakan, SRI sebagai salah satu pionir di Indonesia untuk industri karet sintetis yang menggunakan teknologi baru dalam upaya memproduksi produk-produk bernilai tambah tinggi.

“Dengan menggabungkan bahan baku Chandra Asri dan teknologi dari Michelin, kami mengubah bahan mentah menjadi produk setengah jadi yang digunakan sebagai komponen utama untuk menghasilkan ban ramah lingkungan,” jelasnya.

Guna memenuhi standardisasiproduksi, General Managing Partner Michelin Group Florent Menegaux menyampaikan, pihaknyatelah melakukan pelatihan bagipara tenaga ahli SRI dari Indonesia sehingga mereka dapat mengembangkan kompetensinyauntuk mendukung daya saing perusahaan.

“Selama tahun 2015-2017, kami memberikan pelatihanekstensif bagi karyawan SRI, dengan cara mengirimkan mereka ke pabrik karet sintetis Michelin di Perancis dan Amerika Serikat. Secara umum, staff kunci SRI menjalani 800 jam pelatihan di pabrik-pabrik Michelin,” ucapnya.