BKPM Tawarkan Proyek RSUD Gorontalo Rp841,8 Miliar

Oleh : Dina Astria | Kamis, 19 Juli 2018 - 14:24 WIB

INDUSTRY.co.id

Jakarta- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Gorontalo menawarkan proyek pengembangan RSUD dr Hasri Ainun Habibi Gorontalo senilai Rp841,8 miliar kepada sejumlah investor melalui "market sounding".

Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal BKPM Tamba Parulian Hutapea di Jakarta, Rabu, menjelaskan proyek pengembangan RSUD itu akan menggunakan skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU) dengan "internal rate of return" (IRR) sebesar 15,69 persen.

Mekanisme pengembalian investasi berasal dari pembayaran ketersediaan pelayanan (availability payment) yang bersumber dari APBD Provinsi Gorontalo dengan masa konsesi 18-20 tahun.

"Skema KPBU ini merupakan terobosan pemerintah untuk memanfaatkan pengetahuan, pengalaman, serta modal swasta dalam pembangunan dan pengelolaan proyek infrastruktur," kata Tamba.

Wakil Gubernur Gorontalo Idris Rahim menyampaikan bahwa proyek pembangunan RSUD dr Hasri Ainun Habibie merupakan bagian dari upaya memajukan sektor kesehatan Provinsi Gorontalo dan telah dituangkan kedalam RPJMD Provinsi Gorontalo 2017-2022.

"Untuk mengembangkan infrastruktur ini, jika mengharapkan dana APBD tentu tidak cukup. Maka pemda bekerja sama dengan Bappenas dan BKPM melakukan terobosan untuk memanfaatkan alternatif pembiayaan melalui instrumen KPBU yang diharapkan akuntabel, transparan, dan berdasatkan peraturan perundang-undangan," katanya.

Asisten III Sekretaris Daerah Provinsi Gorontalo Weni Liputo menjelaskan cakupan proyek meliputi desain, pembiayaan, pembangunan, operasional, pemeliharaan, fasilitas gedung dan transfer termasuk di dalamnya penyediaan alat kesehatan.

Ia menyebut hingga saat ini Gorontalo belum memiliki rumah sakit rujukan tersier sehingga pengembangan RSUD itu penting segera dilakukan.

"Belum ada rujukan rumah sakit tersier sehingga masyakat harus ke Makassar, Manado, Surabaya atau Jakarta. Belum ada juga pelayanan khusus juga untuk empat jenis penyakit yaitu mata, ginjal, jantung dan kanker, makanya RSUD ini harus dikembangkan," jelasnya.

Meski telah beroperasi, Weni mengatakan RSUD dr. Hasri Ainun Habibi akan ditingkatkan menjadi rumah sakit tipe B setelah proyek pengembangan dilakukan mulai 2019 hingga 2021.

Turut hadir dalam acara "market sounding" 100 peserta yang meliputi investor yang bergerak di bidang perusahaan penyedia alat kesehatan, kontraktor, perbankan dan lembaga keuangan, konsultan serta asosiasi terkait.

Beberapa perusahaan yang hadir, antara lain, General Electric, Samsung C&T Corporation, PT Mega Global Pratama, Deloitte, Philips Indonesia Commercial, Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, Business France, PT Takenaka Civil Engineering & Construction, PT IDS Medical System Indonesia, PT Sojitz Indonesia.

Serta, PwC, PT Gobel Dharma Nusantara, PT Indokoei International, Astra Infra, PT Wijaya Karya Bangun Gedung, PT Nindya Karya, PT Istaka Karya, Rajafsa Healthcare, TMI Associates, PT Dharma Medipro, VAMED Healthcare Group, Vriens & Partners, PT Paramount Bed Indonesia, Nickl & Partner, PT Istaka Karya, PT Jaya Obayashi, Nippon Koei, Co.Ltd.

Dan, JGC Corporation, PT Berca Niaga Medika, PT Nindya Karya Medika, dan beberapa kedutaan besar negara sahabat dari InggrisDenmark, Spanyol, Belanda, dan Austriaa, dan Belgia.

"Market sounding" merupakan forum komunikasi antara pemerintah dengan calon investor yang sekaligus untuk mendapatkan memberikan masukan terhadap penyempurnaan model kerja sama yang ditawarkan oleh pemerintah.

Disediakan waktu khusus dalam bentuk konsultasi proyek bagi peserta untuk menyampaikan pertanyaan, klarifikasi, serta pendapatnya kepada pemilik proyek atau PJPK. (Ant)