Pemerintah Akan Bangun Terminal Bandara Khusus Pesawat Berbiaya Murah

Oleh : Ahmad Fadli | Sabtu, 14 Juli 2018 - 10:12 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta  - Presiden Joko Widodo terus bekerja mewujudkan target kunjungan wisatawan mancanegara sebesar 20 juta pada 2019. Yang terbaru, melalui Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, akan membuat terobosan besar. Yakni membangun bandara dengan format Low Cost Carrier Terminal (LCCT). Langkah strategis yang berdampak signifikan buat sektor pariwisata Indonesia. 

Menteri Pariwisata Arief Yahya memuji kecepatan dan keseriusan membangun LCCT itu. “Inilah yang disebut Indonesia Incorporated! Kompak, solid, maju bersama, saling support, antarkementerian untuk Indonesia maju,” jelas Menteri Arief Yahya. 

Berangkat dari target! Istilah Arief Yahya, berawal dari akhir! Angka 20 juta wisman hampir pasti tidak akan tercapai, jika menggunakan cara yang biasa. “Hasil yang luar biasa hanya bisa ditempuh dengan cara yang tidak biasa! LCCT ini adalah salah satunya,” ucap Menpar Arief. 

Dia menjelaskan, pertumbuhan penumpang internasional setiap tahunnya rata-rata 13 persen per tahun. Dari angka tersebut, pertumbuhan penumpang yang menggunakan layanan Full Service Carriers (FSC) sekitar 7 persen. Sedangkan Low Cost Carriers tumbuh 55 persen per tahun. 

"Target yang diberikan presiden kepada kita harus naik rata-rata 20 persen per tahun, kalau kita gunakan cara yang biasa, full service carriers maka pertumbuhan tidak akan pernah tercapai. Solusinya harus dengan LCCT," ujar Menpar Arief Yahya belum lama ini.

Ia memberi contoh Airports di Jepang mulai menyiapkan budget terminal sejak tahun 2012. Yakni di Bandara Narita (NRT) Tokyo, Bandara Naha (OKA) Okinawa. Lalu bandara Chubu (NGO) Nagoya dan Bandara Kansai (KIX) Osaka. 

Bandar Udara Narita contohnya, sudah  mulai membangun T3 untuk LCC sejak April 2015. Pax trafik LCC kemudian terus tumbuh dari 11.5 persen menjadi 31 persen pada 2017 dari pax trafik keseluruhan di Bandara Narita, Tokyo. 

"Pertumbuhan trafik di LCCT jauh lebih tinggi dari Non-LCCT untuk destinasi yang sama," ujar Arief Yahya. 

Begitu juga dengan bandara-bandara lainnya di Jepang yang memiliki LCC Terminal. Seperti Naha Airport yang pax trafiknya terus tumbuh. Tahun 2017 tercatat 18 juta pax. Kemudian Nagoya Airport dan Kansai Airport yang juga membangun LCCT dan gencar menawarkan ke airlines. 

"Hasilnya turis inbound ke Jepang tumbuh 33 persen dari tahun 2011 sampai dengan 2015 dan menjadi the fastest rate in the world, mencapai 28,7 juta turis pada 2017," ujar Menpar. 

Sementara di Indonesia sampai saat ini belum memiliki LCCT. Sehingga arilines dengan konsep LCC harus mendarat di terminal biasa yang biayanya tinggi.

"Jadi, untuk mencapai target spektakuler, dengan 20 juta wisman, kita menggunkan 3 strategi besar. Insentif Airlines (salah satunya dengan LCCT, red), Hot Deals dan CDM (Competing Destination Model)," ujar Menpar. 

Dengan adanya terminal LCC, maka airlines bisa memotong biaya operasional hingga 50 persen, namun akan memiliki trafik yang meningkat dua kali lipat. 

Menpar juga tidak khawatir nantinya wisatawan yang berkunjung memiliki spending yang kecil. Ia mencontohkan Thailand yang memiliki banyak terminal LCC, namun Average Revenue per Arrival-nya (ARPA) mencapai 1.500 dolar AS. Sementara Indonesia masih di angka 1.200 dolar AS. Tingkat keterisian penumpang (okupansi) pesawat ke destinasi biasanya juga lebih banyak untuk kelas ekonomi.  

"Ini bisa membuktikan penggunaan LCCT tidak mengurangi ARPA," jelasnya. 

Nantinya terminal LCC diproyeksikan dibangun di bandara yang telah memiliki lebih dari satu terminal.  "Salah satu terminalnya bisa diarahkan untuk terminal LCC," ujar Arief Yahya.