YLKI: Karamnya Kapal Sinar Bangun Hanyalah Gunung Es di Sektor Penyeberangan

Oleh : Hariyanto | Jumat, 22 Juni 2018 - 14:05 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan, karamnya kapal "Sinar Bangun" di perairan Danau Toba pada H plus 3 Lebaran, merupakan kejadian yang antiklimaks dalam pengelolaan mudik Lebaran 2018. 

"Sejak awal banyak pihak mengingatkan pemerintah agar jangan hanya fokus pada sisi transportasi darat saja tapi melalaikan  sektor penyeberangan, yang saban harinya nyaris nihil pengawasan," ungkap Tulus melalui keterangan tertulis kepada INDUSTRY.co.id yang diterima, Jumat (22/6/2018).

Karamnya kapal Sinar Bangun, lanjut Tulus, menjadi bukti nyata bahwa pemerintah, baik pusat dan daerah lalai terhadap keselamatan warganya. Lalai terhadap hak keselamatan konsumen yang telah membayar jasa angkutan. Abai terhadap aspek safety khususnya di sektor penyeberangan. 

"Bagaimana mungkin kapal yang kapasitas muatnya hanya 40-an orang, tetapi bisa diisi sampai 200-an orang? Hal yang secara fisik bisa terlihat dengan mata telanjang. Dalam kejadian ini tidak bisa lagi bicara manifes penumpang," tambahnya.

Tulus mencatat, dari kejadian bisa dicatat hal-hal kritikal, yakni pertama, tidak berfungsinya syahbandar sebagai penguasa pelabuhan. 

"Ngapain saja syahbandar sehingga sebuah kapal dengan kapasitas muat 40-an orang tetapi bisa diisi 200-an orang? Pemerintah wajib mengevaluasi total keberadaan syahbandar, yang sangat mungkin ada patgulipat dengan pemilik kapal dan atau nakhoda. Syahbandar harus dimintai pertanggungjawaban secara pidana," ujarnya.

Kedua, lanjutnya, patut diduga selama ini praktik manifes penumpang tidak dijalankan sama sekali. "Kalaupun ada hanyalah manifes abal-abal. Padahal manifes kapal menjadi prasyarat untuk standar operasional sebuah kapal," lanjut Tulus.

Ketiga, kata Tulus, pemerintah dalam hal ini Kemenhub dan Pemda, harus mengevaluasi secara total keberadaan perusahaan kapal yang notabene pelayaran rakyat terkait kelaikan kapal dan infrastruktur pendukung lainnya seperti pelampung dan life jacket. 

Menurutnya, infrastruktur pendukung yang menjadi prasyarat safety ini nyaris tak tersedia. "Kalau pun ada hanyalah untuk beberapa gelintir penumpang saja. Belum lagi soal kelaikan kapal yang tidak memenuhi standar kelaikan dan keselamatan," imbuhnya.

Tulus mengingatkan, kejadian yang menimpa kapal Sinar Bangun hanyalah gunung es dari keseluruhan permasalahan di sektor penyeberangan.