Semakin Berkembang, Sentramitra Dayautama Targetkan Bangun Pabrik Dalam Waktu 3 Tahun Kedepan

Oleh : Hariyanto | Selasa, 10 April 2018 - 13:57 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Perusahaan yang bergerak dalam bisnis battery industri, PT Sentramitra Dayautama (SMD) terus berupaya untuk mengembangkan bisnisnya di tahun 2018 ini. Perusahaan penyedia, grosir dan importir battery industri ini berkeinginan untuk memiliki pabrik untuk memproduksi baterai sendiri di indonesia.

Saat ini, perusahaan yang memiliki workshop di Kawasan Industri Jababeka ini memiliki sebanyak tiga divisi yang ia tangani antara lain yaitu yang pertama, baterai untuk ups atau kebutuhan komputer, server dan data center, dimana SMD menyuplai kebutuhan-kebutuhan untuk ups di toko-toko atau retail.

Kemudian yang kedua adalah, baterai yang dinamakan deepcycle yang pemakaianya banyak digunakan untuk forklift atau alat-alat berat yang dimulai pada awal tahun 2000.

"Waktu saya mulai saat itu forklift kebanyakan masih menggunakan bahan bakar diesel dan belum menggunakan baterai, seiring berjalanya waktu saat ini mungkin diperkirakan 40% sudah menggunakan baterai," kata Direktur PT Sentramitra Dayautama, Tjandra Widjaya saat ditemui INDUSTRY.co.id di Menara Batavia, Jakarta, Selasa (20/4/2018).

Ia mengatakan, pada tahap awal SMD hanya menjual baterai kepada konsumen saja, namun karena baterai tersebut membutuhkan perawatan maka perusahaan ini pun menyediakan juga jasa untuk perawatan baterai.

"Supaya kami bisa memberi garansi bahwa baterai itu bisa bertahan sesuai dengan umur baterainya jadi konsumen selain ada pembelian juga ada service juga," kata Tjandra.

Seiring berjalanya waktu, lanjutnya, konsumenpun tidak mau repot dan ingin menjadikan satu jasa saja, sehingga konsumen hanya perlu membayar biaya perbulan. Hal ini membuat SMD memberikan solusi untuk kemudian merambah ke bisnis rental baterai.
 
"Konsumen ingin di jadiin satu, sehingga konsumen hanya membayar bulanan saja yang penting baterai tetap hidup, artinya kami merambah juga kebisnis rental baterai," ungkapnya.

Teknologi baterai berkembang pesat dan aplikasinya cukup banyak hingga akhirnya SMD mejadikan divisi yang ketiga yaitu baterai li-thium.

"Kalau baterai handphone itu dasarnya dari li thium yang secara teknologi lebih advance dalam arti dari segi energinya paling tinggi, saat ini yang applicable mungkin ada teknologi lain yang lebih, tapi belum bisa mass production seperti lithium," tambahnya.

Adanya kebutuhan solusi baterai tersebut, ditujukan untuk aplikasi aplikasi yang membutuhkan seperti misalkan kendaraan bermotor seperti sepeda listrik, motor listrik serta solar pannerl.

"Alat alat yang dengan solusi yang lama tidak terlalu cocok seperti solar cell kalau dengan solusi baterai yang lama agak sulit karena kalau kita pakai aki kering baterai itu tidak boleh panas, jadi salah satu solusinya ya pake baterai li thium ini," lanjutnya.

Dengan adanya kebutuhan kebutuhan tersebut Tjandra berkeinginan untuk melakukan fabrikasi produk baterai tersebut di indonesia. "Impian kami nantinya ingin pabrikasi baterai baterai itu di indonesia, untuk baterai lithium saat ini kita sudah bisa packing di indonesia sesuai dengan kebutuhan konsumen, nantinya kita akan buat sebagian produksinya ada diindonesia dengan volume yang tentunya harus memadai," kata Tjandra.

Menurut Tjandra bahan baku baterai li thium saat ini belum bisa diperoleh dari dalam negeri. "Bahan baku lithium di indonesia saat ini tidak seperti yang diluar, jadi untuk setengah jadinya kita tetap harus beli tapi untuk produksi. Dari setengah jadi ke jadi saya punya impian untuk bisa di buat di indonesia," katanya.

Tjandra pun menargetkan untuk dapat membangun pabrik di indonesia dalam waktu 3 tahun kedepan. "Dalam jangka waktu tiga tahun kedepan, karena kita tahu bahwa energi yang saya pelajari selama 25 tahun ini, ternyata melebihi dari apa yang saya perkirakan, saya pikir hanya untuk industri tapi ternyata semua yang bisa bergerak membutuhkan baterai," ungkap Tjandra.