Ceruk Bisnis Properti di Kawasan Industri Kian Besar

Oleh : Ahmad Fadli | Sabtu, 17 Maret 2018 - 07:00 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta - Pengembangan kawasan industri di Indonesia ke depannya terus diarahkan agar terintegrasi dengan sarana hunian yang baik. Langkah tersebut dilakukan demi menciptakan efesiensi dan fungsi ruang yang lebih baik.

Diantara beberapa kawasan industri di Indonesia, Bekasi merupakan salah satu wilayah dengan potensi terbesar. Di mana salah satunya didukung oleh kawasan Cibitung yang juga tengah menjadi sorotan investor lokal dan luar negeri.

Cibitung sendiri merupakan kawasan dengan pengelolaan industri terbesar di Asia Tenggara yang berlokasi relatif dekat dengan Jakarta. Tak heran dari sisi investasi, properti di kawasan industri Cibitung menunjukkan imbal hasil yang cukup menjanjikan.

Meskipun tahun ini merupakan tahun politik, tapi potensi pasar properti di kawasan industri terus bertumbuh. Sebab hunian yang dekat lokasi industri punya demand yang spesifik yakni menekan biaya transportasi pekerja, ujar Sales & Marketing Director Vasanta Innopark, Ming Liang.

Saat ini, salah satu hunian di kawasan industri MM2100 Cibitung adalah Vasanta Innopark, yang berdiri di atas lahan seluas 12 hektare dan memiliki 17 tower.

Proyek hunian vertikal ini menargetkan 150 ribu pekerja MM2100 yang saat ini masih membutuhkan tempat tinggal, di mana sebelumnya permintaan tersebut belum terakomodir.

Kawasan industri MM2100 yang sebagian besar diisi perusahaan raksasa asal Jepang, menjadikan proyek hunian ini punya captive market yang jelas dan potensial. Sehingga para investor yang melihat adanya peluang ini dipastikan meraih capital gain, tukasnya.

Peluang di Kawasan Industri Karawang

Sementara itu, pasar hunian di kawasan industri Karawang yang lokasinya berada setelah Cibitung juga menunjukkan tren signifikan. Hal ini seiring dengan pertumbuhan ekonomi di Karawang yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional.

Economic growth nasional tahun lalu sekitar 5,06%, tapi di Karawang sendiri mencapai 5,2%. Ini tentu didukung oleh kondisi industri kawasan yang meningkat pesat, ditambah Penanaman Modal Asing (PMA) di sini jumlahnya lebih banyak daripada nasional, terang General Manager Taruma City, Rina Irawan.

Berdasarkan catatan Agung Podomoro Land selaku pengembang Grand Taruma City, saat ini ekspatriat yang datang dan mencari hunian di Karawang masih didominasi pekerja asal Jepang, seiring dengan lebih banyaknya pabrik otomotif.

Di satu sisi, faktanya menurut Rina, Karawang belum menyediakan pasokan hunian kelas menengah atas yang bisa mengakomodasi permintaan dari segmen khusus tersebut. Padahal, pangsa rumah sewa untuk ekspatriat bisa mencapai Rp40 juta per tahun.

Itu pun untuk rumah satu lantai dengan dua kamar tidur. Kami kembangkan Grand Taruma City dengan 1.424 unit rumah, sekarang sisa tinggal 50 unit dan okupansi sudah mencapai 70%. Profil pembelinya sendiri beragam, tapi lebih banyak end user lokal, imbuhnya.

Grand Taruma City menghadirkan unit seharga mulai Rp1,3 miliar untuk rumah dengan luas bangunan 126m2 dan tanah 69m2. Sementara tipe termahal dibanderol Rp2,7 miliar.

Masyarakat luar harus tahu, orang Karawang itu ternyata kaya-kaya, lho. Karena untuk membeli satu unit rumah tipe kecil di Grand Taruma City, penghasilan mereka minimal harus Rp20 juta, tutupnya seraya tersenyum.