Ditanya Terkait Pasokan Garam Industri Mamin, Menperin Enggan Berikan Banyak Komentar

Oleh : Ridwan | Kamis, 15 Maret 2018 - 15:20 WIB

INDUSTRY.co.id -Jakarta, Pasokan bahan baku garam untuk industri makanan dan minuman (Mamin) terus berkurang. Hingga saat ini stok yang ada merupakan sisa dari stok tahun 2017.

Hal ini berimbas pada beberapa pabrikan biskuit, makanan ringan (snack) dan mie instan harus menghentikan lini produksinya.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto yang ditemui seusai membuka Pameran Keramika mengatakan, kebutuhan bahan baku garam untuk industri mamin sedang dalam proses.

"Ini sedang dalam proses," ujar Airlangga Hartarto di Jakarta Convention Center, Kamis (15/3/2018).

Sebenarnya, pemerintah sudah memberikan sinyal untuk kuota impor garam industri. Namun keputusan akhir berada di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang mematok kebutuhan garam industri hanya 1,8 juta ton di tahun ini.

Namun, kuota tersebut hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan industri kimia dasar, alkali, dan kaca. Belum untuk kebutuhan industri mamin ataupun obat-obatan.

Berdasarkan data dari Gabungan Pengusaha Industri Makanan dan Minuman (Gapmmi) industri makanan dan minuman membutuhkan setidaknya 535.000 ton garam industri setiap tahunnya.

"Perinciannya sudah ada, oleh karena itu yang belum ada harus ada, kalau tidak akan seperti industri infus, kontak lens, serta pabrik chemical yang sudah berhenti. Ini harus kita lindungi," tegasnya.

Saat ditanya apakah ini merupakan arahan Kemenperin untuk lindungi bahan baku, Menperin menjelaskan, bahan baku itu bukan untuk dilindungi, investasi itu harus dapat bahan baku terhadap semua industri.

"Jadi antara impor dan domestik itu biasa saja, industri keramik juga impornya banyak. Wartawan diem saja," pungkas Menperin.

Saat ini industri makanan minuman masih menunggu keputusan dari KKP soal pembaruan kuota impor yang ada. Sementara itu, beberapa pabrikan mamin yang masih menyimpan pasokan garam 2017 berusaha menyesuaikan kapasitas produksinya.