Industri Sarung Tangan Karet, Dari 40 Pabrik Tersisa 5 Pabrik, Mengerikan!

Oleh : Ridwan | Rabu, 21 Februari 2018 - 17:50 WIB

INDUSTRY.co.id -Jakarta, Isu penutupan pabrik hingga saat ini masih menjadi perbincangan hangat di kalangan para pelaku industri. Harga gas yang tak kunjung turun menjadi pemicu tutupnya beberapa pabrik di Indonesia.

"Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir paling tidak ada 10 industri yang tutup karena tidak bisa menutupi pengeluaran yang cukup membengkak," ujar Ketua Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB), Achmad Safiun saat ditemui INDUSTRY.co.id di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Rabu (21/2/2018).

Menurut Safiun, industri yang paling terdampak dari tingginyabharga gas bumi adalah industri sarung tangan karet dan plastik. Pasalnya, kedua industri tersebut konsumsi gas-nya paling besar.

"Hingga saat ini masih tersisa 5 pabrik sarung tanga karet, satu di pulau Jawa dan empat lagi di Sumatera. Dari 40 pabrik, tersisa 5 pabrik saat ini, cukup mengerikan dengarnya," terang Safiun.

Lebih lanjut, Safiun menuturkan, dengan harga gas yang masih meroket saat ini bagaimana kita mau merebut pasar dunia?.

"Market share dunia untuk sarung tangan karet Malaysia sudah 70%, sedangkan Indonesia masih 5%. Kalau seperti ini, apakah kita masih bisa ambil market share dunia?," tegas Safiun.

Menurutnya, pihaknya sudah berkali-kali bicara soal gas bumi, mulai dari zaman pemerintahan SBY sampai sekarang masih belum menemui titik terang.

Kalau bicara harga gas, tambahnya, Malaysia hanya sekitar US$ 4,6 per MMBtu, sedangkan di Indonesia pada awal tahun kemarin baru turun menjadi US$ 9,95 per MMBtu dari sebelumnya US$ 12,5 per MMBtu.

"Dengan kondisi ini, sudah jelas industri sarung tangan dalam negeri kalah bersaing dengan Malaysia," tuturnya.