Smelter Baru Dongkrak Kontribusi Manufaktur Terhadap PDB

Oleh : Ridwan | Jumat, 13 Januari 2017 - 09:50 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan kontribusi industri manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) bisa naik menjadi di atas 20% tahun ini, seiring beroperasinya beberapa pabrik pemurnian dan mineral (smelter) baru.

"Masih ada 10 smelter dalam tahap pembangunan yang ditargetkan bisa beroperasi tahun ini. Sekarang kontribusi industri terhadap PDB di bawah 20%. Kami berharap beroperasinya industri smelter bisa mendongkrak kontribusi manufaktur hingga 20% lebih tahun ini, karena rata-rata mereka sudah investasi besar dan sebagian sudah beroperasi" ungkap Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, I Gusti Putu Suryawiryawan, di Jakarta

Meski demikian, investor membutuhkan kepastian, terutama untuk menyeselaikan pembangunan pabrik dan penerapan teknologi. Salah satu kendala yang dihadapi dalam penerapan teknologi adalah tenaga ahli.

Pada tahap awal pembangunan, industri smelter pasti membutuhkan banyak tenaga kerja asing, karena ada studi kelayakan teknis. Namun, setelah itu, pasti ada transfer teknologi ke tenaga kerja lokal.

"Tahun ini, investasi smelter pasti akan membengkak. Kalau nanti ada klaster ekonomi nikel yang akan tumbuh tidak hanya smelter, tapi industri pendukungnya" tambah Putu.

Berdasarkan data Asosiasi Perusahaan Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3I), sebanyak 32 smelter dibangun sejak 2012-2014. Dari jumlah itu, sebanyak 24 merupakan smelter nikel, sedangkan sisanya alumina, tembaga, zirkon, silika, dan tembaga. Total investasi smelter nikel mencapai US$ 18 miliar, di mana sekitar 95% atau US$ 17 miliar digelontorkan investor Tiongkok.

Sementara itu, per Agustus 2016, total smelter nikel yang telah beroperasi mencapai 20, dengan kapasitas produksi terpasang 416.237 ton nikel ekuivalen atau setara 21% pasar dunia. Total kebutuhan bijih nikel mencapai 41,6 juta ton per tahun.