Kemenperin: Pemenuhan Bahan Baku Garam Bawa Multiplier Effect Bagi Perekonomian Nasional

Oleh : Ridwan | Rabu, 24 Januari 2018 - 17:30 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Ketersediaan bahan baku menjadi salah satu faktor penting dalam menunjang keberlanjutan produksi dan investasi di sektor industri.

Oleh karena itu, Pemerintah berupaya untuk memberi kemudahan termasuk izin importasi bahan baku garam untuk kebutuhan sejumlah manufaktur.

"Pemenuhan bahan baku untuk industri tentu membawa multiplier effectbagi perekonomian nasional. Misalnya, impor bahan baku garam sebesar 3,7 juta ton yang senilai Rp1,8 triliun, akan diolah menjadi berbagai macam produk dengan nilai tambah besar," ujar Dirjen Industri Kimia Tekstil dan Aneka (IKTA) Achmad Sigit Dwiwahjono di Jakarta, Rabu (24/1/2018).

Nilai tambah itu, antara lain melalui kontribusi PDB sebesar Rp1.100 triliun, penyerapan tenaga kerja sebanyak 4 juta orang, dan perolehan devisa dari ekspor mencapai USD30 miliar.

"Oleh karenanya, Kementerian Perindustrian telah mengajukan kebutuhan bahan baku garam untuk industri nasional sekitar 3,7 juta ton pada tahun 2018," terangnya.

Menurut Sigit, kebutuhan tersebut akan disalurkan kepada industri Chlor Alkali Plant (CAP), untuk memenuhipermintaan industri kertas dan petrokimia sebesar 2.488.500 ton. Selain itu, bahan baku garam jugadidistribusikan kepada industri farmasi dan kosmetik sebesar 6.846 ton serta industri aneka pangan535.000 ton.

"Sesuai dengan hasil rapat pembahasan, garam untukindustri aneka pangan diimpor dalam bentuk kristal yang kasar (bahan baku) dan akandiolah oleh industri pengolah garam menjadi garam untuk kebutuhan industri," papar Sigit.

Sisanya, kebutuhan bahan baku garam sebanyak 740.000 ton untuk sejumlah industri, seperti industri pengasinan ikan, industri penyamakan kulit, industri pakan ternak, industri tekstil dan resin, industri pengeboran minyak, serta industri sabun dan detergen.

"Beberapa sektor tersebut mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, seperti industri petrokimia, makanan dan minuman, serta farmasi dan kosmetik," ungkap Sigit.

"Terlebih lagi, industri manufaktur menjadi sektor andalan karena berkontribusi signifikan dalam upaya memenuhi target pertumbuhan ekonomi nasional," tutup Sigit.