Status PDB Indonesia Capai Rp1 Triliun

Oleh : Wiyanto | Jumat, 19 Januari 2018 - 11:51 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta-Indonesia memasuki tahun 2018 dengan status baru, sebagai negara dengan Produk Domestik Bruto nominal sebesar USD 1 triliun. Hanya ada 16 dari 180 negara di dunia yang memiliki output diatas USD 1 triliun. Dan bila dijumlahkan, total PDB keenambelas negara tersebut mencapai hampir USD 60 triliun, atau sekitar 75% dari total output dunia.

Chief Economist  ‎PT Bank CIMB Niaga, Tbk, Adrian Panggabean menjelaskan,  dengan luas teritori darat (kelimabelas terluas di dunia) dan penduduknya (keempat terbesar di dunia), maka Indonesia menjadi negara dengan bobot geoekonomi dan geopolitik yang semakin besar.

"Dinamika sektor riil di 2017 menunjukkan pergerakan yang sedikit lebih baik dibanding 2016. Di tahun 2017, PDB nampaknya telah bertumbuh di angka 5,1%, digerakkan utamanya oleh konsumsi masyakarat dan investasi," ujar dia di Jakarta, Jumat (19/1/2018).

Laju pertumbuhan konsumsi masyarakat di tahun 2017, kata dia tetap berada di angka (hampir) 5%, atau tidak berbeda dengan laju pertumbuhan konsumsi  masyarakat di 2015 dan 2016. Laju pertumbuhan investasi pun bergerak naik, utamanya ditopang oleh mulai bergeraknya investasi bangunan (infrastruktur) dan didorong oleh investasi mesin. Investasi bertumbuh sekitar 5,8%, alias jauh lebih cepat dibanding tahun 2016.

Ekspor neto,  menurut dia, walaupun bertumbuh cukup kuat, nisbahnya dalam perhitungan PDB relatif kecil. Akibatnya efek ungkitnya terhadap pertumbuhan PDB tidak terlihat signifikan. Namun, bergeraknya volume ekspor dan impor memberi indikasi semakin melebarnya proses pemulihan ekonomi Indonesia.

Menguatnya harga-harga komoditi di paruh pertamalah yang menyumbang pada tingginya surplus neraca perdagangan Indonesia, yang mencapai angka USD 11,8 miliar di 2017. Tingginya surplus neraca perdagangan terjadi justru pada saat nilai impor juga meningkat secara gradual mengindikasikan beranjak pulihnya perekonomian riil di Indonesia.

"Belanja pemerintah (government consumption) - yang pada awal tahun 2017 diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan  ternyata kehilangan daya dorong," kata dia.

Secara disagregasi, ada empat sektor ekonomi yang di 2017 tumbuh lebih tinggi dibanding PDB: sektor konstruksi (bobotnya 10,3% dari PDB), Transportasi dan Pergudangan (4,2% dari PDB), Informasi dan Komunikasi (5% dari PDB), dan Keuangan dan Asuransi (4,2% dari PDB). Jasa layanan bisnis (bobotnya sekitar 1,8% dari PDB) bertumbuh hampir 8% yoy di tahun 2017. Secara total, empat plus satu sektor ekonomi diatas (kesemuanya menyumbang bobot 25% terhadap PDB) adalah mesin pendorong utama perekonomian di 2017.