Jelang Imlek, Permintaan CPO Cina Diprediksi Meningkat Pesat

Oleh : Abraham Sihombing | Kamis, 04 Januari 2018 - 15:09 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta – Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) Malaysia berpeluang mengalami kenaikan pada perdagangan Kamis (04/01/2018). Kenaikan harga CPO Malaysia itu didorong peningkatan permintaan dari Cina dan kenaikan harga minyak nabati lainnya.

Pada Rabu (03/01/2018), harga CPO Malaysia di Bursa Komoditi Malaysia naik 2,9% menjadi 2.606 ringgit per ton. Itu merupakan kenaikan tertinggi sepanjang kurun waktu sembilan bulan terakhir ini.

Kenaikan tersebut sebagai antisipasi dari kenaikan harga CPO yang terjadi di Chicago Board of Trade sebesar 0,9% untuk kontrak pengiriman Maret 2018. Disamping itu, harga minyak kedelai kemarin untuk pengiriman Mei 2018 juga mengalami kenaikan 0,2%.

“Permintaan CPO dari Cina biasanya akan naik menjelang Hari Raya Imlek bulan depan. Karena itu, para trader minyak nabati di Cina mulai mengantisipasi peningkatan permintaan tersebut sejak awal tahun ini agar kenaikan harga dapat dikendalikan,” ujar Faisyal, analis bursa komoditas PT Monex Investindo Futures di Jakarta, Kamis (04/01/2018).

Disamping itu, demikian Faisyal, para trader pasar berjangka di Kuala Lumpur berpendapat pasar minyak nabati global saat ini sedang bereaksi terhadap antisipasi peningkatan ekspor ke depan.

“Itu karena, ekspor CPO Malaysia meningkat antara 6-9% pada Desember 2017. Sementara itu, kenaikan ekspor tersebut diprediksi bakal terus berlanjut di sepanjang Januari 2018 karena peningkatan permintaan dari Cina,” papar Faisyal.

Seperti diketahui, Cina adalah importir CPO terbesar kedua di dunia setelah India. Para trader di Cina akan meningkatkan cadangan CPO mereka menjelang Hari Raya Imlek untuk mengantisipasi kenaikan permintaan untuk keperluan memasak.

Hingga kini, harga CPO Malaysia berada di kisaran 2.480-2.630 ringgit per ton. Dalam waktu dekat ini, harga CPO diperkirakan akan terus menguat hingga menembus level 2.585 ringgit per ton sebelum mencapai titik resistensinya di posisi 2.630 ringgit per ton.

“Akan tetapi, harga CPO baru terlihat cenderung mengalami penurunan jika harganya sudah terpangkas hingga ke posisi 2.520 ringgit per ton, sebelum akhirnya terkulai di titik supportnya pada 2.480 ringgit per ton,” imbuh Faisyal. (Abraham Sihombing)