Penguatan Kurs Dolar Tantangan Investor 2017

Oleh : Herry Barus | Kamis, 05 Januari 2017 - 04:41 WIB

INDUSTRY.co.id - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menilai penguatan kurs dolar akan menjadi salah satu tantangan yang akan dihadapi kalangan investor dunia pada 2017.

"(Penguatan kurs dolar) ini memengaruhi semua negara, tidak pandang bulu," kata Kepala BKPM Thomas Lembong dalam diskusi bersama wartawan di Jakarta, Rabu.

Tom, sapaan akrab Thomas, menuturkan penguatan dolar, yang juga terjadi terhadap rupiah, akan berbeda dengan tekanan terhadap rupiah yang terjadi dua tahun lalu.

"Ibu Menteri Keuangan (Sri Mulyani) juga menerangkan, tekanan terhadap rupiah ini berbeda dengan dua tahun lalu di mana ada krisis kepercayaan terhadap segelintir negara," katanya.

 Namun, lanjut Tom, menguatnya kurs dolar juga perlu dilihat sebagai peluang. Pasalnya, dengan menguatnya dolar, maka ekspor bisa lebih ditingkatkan.

Menurut dia, kuatnya nilai tukar dolar terhadap rupiah akan membuat harga komoditas ekspor asal Indonesia menjadi lebih murah.

"Jadi prediksi saya, tahun ini dan tahun depan, dengan akselerasi Amerika Serikat, ekspor akan jalan. Strategi kita sesuaikan dan harus mulai berorientasi ke produk tujuan ekspor, tidak hanya barang, tapi juga jasa," katanya.

Lebih lanjut, Tom menjelaskan Indonesia bisa menyusun strategi untuk menggenjot ekspor baik langsung maupun tidak langsung.

Penguatan dolar AS diprediksi akan mendorong impor barang dari negara lain untuk masuk ke pasar negeri Paman Sam.

Sejumlah komoditas yang bisa jadi unggulan Indonesia di antaranya barang konsumsi yang berkaitan dengan gaya hidup seperti cokelat, teh, kopi, pala, hingga kelapa.

"Kalau kita tidak bisa ekspor langsung ke AS, kita bisa secara tidak langsung ekspor dulu ke Jepang, Tiongkok, Korea atau Taiwan untuk diolah dulu, baru diekspor ke AS. Dengan begitu, kita sudah mendekati titik kompetisi di tingkat global," ujarnya.

Strategi lain yang bisa dilakukan, imbuh Tom, yakni dengan mendorong investasi di sektor pariwisata.

Ia menjelaskan, dengan penguatan dolar AS terhadap semua mata uang, maka wisatawan akan memilih destinasi wisata lain yang lebih murah seperti di Indonesia.

"Dengan devaluasi semua mata uang, wisawatan mancanegara akan lebih murah wisata ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Kita harus kapitalisasi dan manfaatkan peluang ini," pungkasnya.

Sesuai arahan Presiden Jokowi, realisasi investasi pada 2017 diharapkan bisa menembus Rp678,8 triliun dan terus meningkat pada 2018 menjadi Rp863 triliun.

Ada pun pada 2016, dari target Rp594,5 triliun, telah terealisasikan investasi Rp453,4 triliun sepanjang Januari-September 2016. (Hrb)