Jumlah Permintaan Hunian Masih Melebihi Kapasitas Pasokan

Oleh : Ridwan | Senin, 16 Oktober 2017 - 12:44 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta- CEO dan pendiri dari Crown Group, Iwan Sunito, mengemukakan pendapatnya perihal situasi terkini dunia properti Indonesia.

Menurutnya, dengan besaran jumlah permintaan yang ada, dapat dikatakan bahwa pasar properti Indonesia adalah yang terbesar di kawasan Asia Tenggara.

"Kebijakan Pemerintah Serta Keseimbangan antara harga dan daya beli memegang peranan penting dalam menstimulasi pertumbuhan dunia properti di Indonesia," ujar Iwan di sela kunjungan singkatnya di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, (16/10/2017).

Ia menambahkan, sempat ada kekhawatiran bahwa pasar properti Indonesia akan mengalami “Bubble”, namun saya tidak melihat bahwa Indonesia akan mengalami hal tersebut.

"Jumlah permintaan hunian di Indonesia masih jauh di atas kemampuan para pengembang dalam menyediakan pasokan," terangnya.

Menurut Iwan, memang sempat terjadi slowing down pasca Tax Amnesty, namun kalau kita perhatikan, saat ini sudah mulai merangkak naik,  apalagi pemerintah Indonesia saat ini berusaha mendorong pertumbuhan sektor properti dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan yang akan semakin memudahkan masyarakat untuk memiliki hunian.

"Ditambah dengan kebijakan hunian yang berorientasi kepada transportasi masal akan membuat pasar properti Indonesia, khususnya di Jakarta menjadi lebih berwarna dengan berbagai macam pilihan," kata Iwan.

Namun, lanjut Iwan, yang perlu dicermati adalah, harga hunian yang ditawarkan harus berbanding lurus dengan tingkat pendapatan dan kemampuan daya beli Masyarakat saat ini agar tercipta keseimbangan yang sempurna.

Menurut data dari Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat saat ini Backlog mencapai 13,5 juta unit. Sementara itu, kebutuhan rumah baru yang bersumber dari pertumbuhan penduduk dan urbanisasi setiap tahunnya mencapai sekitar 800 ribu unit.

Kondisi Backlog ini juga dialami oleh Australia, khususnya Sydney, dimana jumlah pasokan tidak bisa mengimbangi jumlah permintaan. Bahkan Backlog yang dialami oleh Indonesia bahkan jauh lebih tinggi dari yang dihadapi Australia, yang sekitar 50,000 hunian per tahunnya.

Yang perlu diingat adalah, harga yang ditawarkan kepada konsumen di Australia sesuai dengan daya beli masyarakatnya, sehingga keseimbangan terjadi, yang akhirnya membuat pasar Australia menjadi salah satu yang terbaik untuk investasi properti di kawasan Asia.

"Selama titik keseimbangan itu tercipta, saya yakin pasar properti di Indonesia dapat menjadi salah satu yang terkuat di kawasan Asia dalam beberapa tahun mendatang," tutup Iwan.